Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Rutinitas Ramah Lingkungan: 11 Langkah Praktis Mengurangi Emisi Karbon Harian

Tahukah kamu kalau di dunia ini ada negara yang negatif emisi karbon? Ya, negara Bhutan yang diapit oleh China dan India di benua Asia Selatan ini, memiliki angka emisi karbon tahunan yang negatif.

Kok bisa?

Bhutan


Warga negara Bhutan sebenarnya masih menghasilkan emisi karbon dalam aktivitas hariannya, tetapi hutan mereka mampu menyerap lebih banyak emisi karbon. Contohnya, pada tahun 2020, warga Bhutan tercatat menghasilkan emisi karbon sebesar 2 juta ton, tetapi hutan mereka mampu menyerap emisi karbon sebesar 9 juta ton, sehingga negara ini justu negatif emisi dengan selisih hingga 7 juta ton!

Padahal luas negara Bhutan itu hanya sekitar 47.000 km persegi atau setara dengan luas provinsi Jawa Timur, dan luas hutan mereka adalah sekitar 60% dari luas total negaranya. Raja Bhutan mengambil sumpah untuk selalu mempertahankan area hutan tersebut. Tidak ada negara yang bisa senekat ini dalam hal menjaga hutan.


Namun, bagaimana negara Bhutan yang luas hutannya masih kalah jauh dibandingkan luas hutan Indonesia, mampu menyerap lebih banyak emisi karbon dibandingkan Indonesia?

Bhutan

Jadi begini, pohon memang mampu menyerap emisi karbon dioksida dan menyimpannya selama puluhan tahun. Namun, kamu perlu tahu bahwa pohon akan melepaskan kembali karbon dioksida yang disimpannya tersebut ke atmosfer jika pohon tersebut mati, terdekomposisi di tanah, atau terbakar.

Masalahnya di Indonesia, kegiatan membuka hutan jauh lebih banyak daripada menghutankan lahan, sehingga emisi karbon per tahunnya selalu besar. Proses pembakaran dan penebangan hutan untuk dialihfungsikan ini menyebabkan emisi karbon yang jauh lebih banyak.

Ditambah lagi dengan banyaknya populasi di Indonesia. Di Bhutan, populasinya hanya sekitar 800ribu orang dalam wilayah seluas 47.000 km persegi. Sedangkan di Indonesia, untuk luasan Provinsi Jawa Timur yang luas wilayahnya hampir sama dengan Bhutan, didiami oleh lebih dari 41 juta penduduk! Perbedannya begitu kontras, bukan?

Semakin banyak manusia, maka emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer juga semakin besar. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia yang merupakan populasi besar, harus benar-benar serius dalam memperhitungkan pengeluaran emisi karbon harian kita.

Kalau ditilik lebih dalam, manfaat hutan itu jauh lebih luas dari sekedar penyerap emisi karbon. Dengan menjaga kelestarian hutan, dampak perubahan iklim akan lebih termitigasi. Menjaga hutan tidak harus dalam bentuk menanam pohon besar-besaran, atau dengan aksi yang besar dan masif. Kita bisa mulai dari langkah kecil yang konsisten setiap harinya untuk kurangi emisi karbon. 

Menjadi #GenerasiEnergiBersih Dimulai dari diri sendiri berbekal konsistensi.

Mengurangi penggunaan produk yang diproduksi dari hasil penebangan hutan, adalah salah satu langkah praktis mengurangi emisi karbon harian yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Dalam artikel ini, saya akan menjabarkan 11 langkah praktis mengurangi #jejakkarbonku yang konsisten saya lakukan. Semoga bisa menjadi referensi untuk teman-teman.

1.    Substitusi Tisu Konvensional dengan Tisu Reusable

Tisu Reusable Berbahan Kain (Sumber: dok. pribadi)

Pagi itu cuaca mendung di Jakarta Selatan. Saya ingat betul, pukul 9:00 pagi saya masuk ke toilet kantor untuk buang air kecil. Kebetulan karena cuaca sedang dingin, saya terpaksa masuk kembali ke toilet pukul 9:48. Ketika saya menoleh ke pojok sudut toilet, tempat sampah yang tadinya dangkal sudah dipenuhi dengan sampah tisu.

Membatin dalam hati, saya meringis. Belum genap satu jam, penggunaan tisu sekali pakai sudah menggunung begini. World Wide Fund for Nature (WWF) ternyata memang menemukan fakta bahwa 10% dari 270.000 pohon yang ditebang setiap tahunnya di seluruh dunia, berakhir di tempat sampah karena dijadikan tisu sekali pakai.

Selain itu, karena murahnya harga tisu, orang-orang cenderung menyepelekan penggunaan tisu. WWF juga menemukan fakta bahwa satu orang di kota bisa menggunakan tiga helai tisu hanya untuk satu kali mengeringkan tangan, meskipun sudah difasilitasi hand dryer.

Sudah sekitar 9 bulan lamanya saya mulai menggunakan tisu reusable berbahan kain yang bisa dipakai berulang kali. Suatu hari, kolega saya menyadari hal ini. Beliau menanyakan kepada saya: "Beli di mana tuh tisunya?" Saya membelinya di toko online. Keesokan harinya dia juga membawa tisu yang sama. Syukurlah

Saat HRD saya menyadari bahwa beberapa orang di kantor sudah membawa tisu reusable sendiri, beliau berinisiatif untuk menyudahi pembelian tisu sekali pakai di toilet. Kemudian beliau juga menginisiasi pemberian tisu reusable secara gratis kepada masing-masing karyawan di divisi kami.

Dengan begini, selain menghemat pengeluaran kantor, kami secara tidak langsung juga turut berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon harian. Sungguh efek domino kebaikan yang apik, bukan?

Baca juga: 24/7 Menggunakan Produk Ramah Lingkungan Buatan UMKM Dalam Negeri

2.    Substitusi Pembalut Konvensional dengan Menspad Reusable

Reusable Menspad/ Pembalut Ramah Lingkungan yang dapat Dipakai Berulang Kali (Sumber: dok. pribadi)


Perempuan wajib tahu nih, kalau sampah dari pembalut yang kita buang setiap bulannya ternyata berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca. Kenapa? Karena bahan pembalut sekali pakai terdiri dari kapas, plastik, hidrogel, serta bahan-bahan kimia lainnya yang sangat sulit terurai. Bisa memerlukan 20 hingga 35 tahun bagi bahan-bahan tersebut untuk bisa terurai di tanah.

Sampah pembalut di Indonesia mencapai 26 ton per hari (Setyaningtyas, 2018). Selain itu, juga terdapat produk lain yang mirip dengan pembalut, seperti panty liner dan popok bayi. 

Sampah pembalut juga tidak bisa dibakar, karena justru akan memperparah pencemaran. Dilansir dari EcoNusantara, pembakaran pembalut akan menghasilkan dioksin yang sangat berbahaya apabila terhirup. Dioksin dapat memicu berbagai penyakit salah satunya kanker, dan dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan keracunan yang mengancam nyawa.

Banyak yang merekomendasikan penggunaan tampon (menstrual cup) sebagai alternatif pembalut sekali pakai. Namun, terdapat beberapa risiko kesehatan bagi pengguna tampon yang tidak biasa menggunakannya. Saya juga termasuk orang yang enggan menggunakan tampon. 

Untungnya terdapat produk menspad / pembalut reusable yang terbuat dari kain. Selain dapat digunakan berulang kali (reusable), sampah kain mudah terurai di tanah, sehingga sangat ramah lingkungan. Cara mencucinya juga mudah, cukup dicuci menggunakan tangan dengan sabun cuci, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari alami.

FYI, pembalut kain ini mudah kita temukan di toko online, lho. Selain itu, pembalut kain ini hadir dalam beragam warna dan motif, sehingga cukup menarik minat beli dan mudah dipasarkan untuk perempuan dari segala kalangan.

3.    Menggunakan Takeaway Box untuk Mengganti Kemasan Kertas dan Plastik dari Restoran

Kiri: foto produk dari toko online Demi Bumi; Kanan: foto produk saat digunakan (Sumber: Shopee Demi Bumi | Dok. Pribadi)


Kamu sering makan di luar? Sering takeaway (bawa pulang) makanan? Kalau iya, kamu wajib punya Takeaway Box reusable yang praktis dan ramah lingkungan. 

Apa itu Takeaway Box? Takeaway Box adalah alternatif ramah lingkungan untuk kemasan sekali pakai yang biasa digunakan untuk membungkus makanan yang akan kita bawa pulang dari restoran.

Biasanya, untuk takeaway satu porsi makanan, dibutuhkan satu paperbag, plastik untuk kuah/ saus, dan/ atau mangkuk berbahan kertas/ plastik sekali pakai, bukan? Tanpa kamu sadari begitu banyak sampah plastik dan kertas sekali pakai yang terbuang hanya untuk keperluan takeaway makanan. Satu sampai dua kali mungkin tidak masalah, tetapi jika dilakukan berulang kali, maka akan menciptakan masalah limbah.

Oleh karena itu, sebagai seseorang yang sering sekali membeli makanan dari luar, saya berinisiatif membeli satu Takeaway Box untuk digunakan sehari-hari. Takeaway Box yang saya miliki adalah hasil daur ulang sampah kemasan kopi yang dilapisi dengan bahan waterproof, sehingga cocok untuk dijadikan pengganti kemasan takeaway sekali pakai.

Takeaway Box ini bisa digunakan berulang kali (reusable) sehingga ramah lingkungan, berbahan food grade, anti bocor, dan pastinya higienis, karena saya gunakan dan cuci sendiri.

Baca juga: 5 Manfaat Membeli Item Fashion Ramah Lingkungan dari UMKM Lokal

4. Menggunakan Snack Pouch Reusable sebagai Pengganti Kemasan Snack/ Jajanan Sekali Pakai

Memakan jajanan dari wadah snack pouch (Sumber: dok. pribadi)

Kamu suka gorengan dan jajanan pinggir jalan lainnya? Kita sama! Biasanya kemasan atau wadah yang digunakan oleh penjual jajanan adalah kantong kertas dan/ atau plastik sekali pakai, bukan? 

Nah, untuk berpartisipasi dalam pengurangan emisi karbon, saya berhenti menggunakan plastik dan/ atau kertas sekali pakai untuk wadah jajanan saya. Sekarang, saya beralih ke Snack Pouch sebagai wadah snack. Selain lebih higienis, Snack Pouch bisa digunakan berulang kali (reusable) sehingga lebih ramah lingkungan.

Sama seperti Takeaway Box yang saya gunakan, Snack Pouch ini juga dibuat dari bahan daur ulang sampah kemasan kopi. Sebagaimana kita ketahui bersama, di Jakarta dan kota-kota besar lainnya dipenuhi dengan aneka ragam coffee shop, bukan? Mulai dari kedai kopi kecil hingga yang besar. Otomatis sampah kemasan kopi sangat menggunung. 

Untuk mengatasi limbah dari coffee shop tersebut, beberapa UMKM lokal yang peduli lingkungan, berinisiatif mendaur ulang sampah tersebut, dan membuatnya menjadi produk baru yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah produk Snack Pouch dan Takeaway Box yang saya miliki.

Baca juga: Pangkas Emisi Karbon dengan Prinsip Kearifan Lokal Suku Dawan

5. Substitusi Kapas Sekali Pakai dengan Kapas Kain Ramah Lingkungan

Kapas kain ramah lingkungan (Sumber: dok. pribadi)

Sebagai perempuan yang erat dengan rutinitas perawatan wajah, kita tak bisa lepas dari penggunaan kapas. Kita biasa menggunakan kapas untuk mengaplikasikan skin care tertentu dan untuk menghapus riasan dari wajah. Kapas juga umum digunakan untuk mengaplikasikan obat untuk luka luar.

Namun, dilansir dari keterangan World Wide Fund (WWF), jumlah air yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram kapas setara dengan kebutuhan air minum satu orang untuk tiga tahun! Selain itu, penanaman pohon kapas biasanya memanfaatkan pestisida yang berbahaya untuk lingkungan.

Selain memiliki dampak lingkungan, kapas konvensional sekali pakai juga memiliki dampak terhadap kesehatan, lho.  Kapas sekali pakai sering kali terbuat dari serat sintetis atau dicampur dengan bahan kimia, yang dapat menyebabkan iritasi kulit atau alergi pada beberapa orang.

Tapi jangan khawatir, sebab ada alternatif ramah lingkungan dan higienis untuk kapas sekali pakai, yaitu kapas berbahan kain yang dapat digunakan berulang kali (reusable). Kapas kain ini sudah saya gunakan selama 4 bulan lebih, dan saya tidak akan beralih kembali ke kapas konvensional.

Kapas kain ini mudah ditemukan di toko online. Selain murah, kapas kain tersedia dalam beragam variasi warna dan motif. Dengan begitu, kapas kain memiliki daya tarik penjualan yang besar, dan dapat bersaing dengan kapas sekali pakai.

Oia, Agar lebih higienis, kamu perlu merendam kapas kain ini dalam air hangat sebelum penggunaan pertama. Cara mencucinya juga praktis, seperti kita mencuci pakaian dalam atau kain lap. Cuci dengan sabun dan keringkan di bawah cahaya matahari alami.

6.    Berhenti Menggunakan Masker Sekali Pakai dan Ganti dengan Ini

Masker Kain Reusable dengan Filter PM 2.5 (Sumber: dok. pribadi)

Masker memang menjadi paradoks. Di satu sisi, masker melindungi pemakainya dari virus dan bakteri. Tetapi di sisi lain, limbahnya sangat merugikan lingkungan. Apalagi sejak pandemi COVID-19 melanda, gunungan sampah masker semakin mengkhawatirkan.

Pada tahun 2020, lebih dari 1,6 milyar helai sampah masker berakhir di lautan. Jumlah ini setara dengan 5,5 milyar sampah plastik. Selain itu, tercatat sebanyak 129 milyar masker digunakan setiap bulannya di dunia. Angka yang sangat fantastis, bukan?

Pada awal pandemi, trend masker kain mulai marak. Masker kain dengan berbagai model dan variasi mulai menjamur di toko online seluruh negeri. Meskipun masker dapat mengurangi penggunaan masker sekali pakai, sayangnya masker kain tidak efektif untuk melindungi penggunanya dari virus. 

Namun, akhir-akhir ini, terdapat inovasi yang dilakukan pada masker kain agar mampu memerangi virus secara efektif layaknya masker sekali pakai! Bagaimana caranya? 

Nah, masker kain dimodifikasi bagian dalamnya agar memiliki celah yang dapat disisipkan dengan filter PM 2.5 yang mampu menyaring virus dan bakteri. Filter ini dapat diganti setelah satu bulan pemakaian. Dengan begini, kita dapat menggunakan masker kain favorit kita, dengan aman dan nyaman, sekaligus berkontribusi terhadap lingkungan.

7.    Rutin Membawa Tumblr, Kotak Makanan Bekal, dan Tas Belanja jika Beraktivitas di Luar

Rutin membawa tumblr dan tas belanja (Sumber: dok. pribadi)

Melansir dari katadata, Indonesia sedang berada dalam era bonus demografi, di mana jumlah masyarakat usia produktifnya mencapai lebih dari 190 juta jiwa. Usia produktif adalah 15 - 64 tahun. Dikatakan 'produktif' karena usia tersebut cenderung masih menghasilkan sesuatu (produktif) dari aktivitas hariannya. 

Nah, masyarakat usia produktif itu cenderung lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah. Misalnya, untuk belajar, bekerja kantoran, berwirausaha, dan lain-lain. Dalam melakukan aktivitas produktif tersebut, tentunya tidak lepas dari limbah yang dihasilkan, seperti limbah bekas jualan, limbah bekas makanan, minuman, limbah kemasan belanja offline dan online, dan lain-lain.

Bayangkan saja, dari 190 juta pekerja, diketahui bahwa 135 juta bekerja di perkantoran. Sama seperti saya. Oleh karena itu, saya asumsikan bahwa limbah dari aktivitas hariannya tidak jauh berbeda dari saya dan kolega-kolega saya. Yaitu, sampah kemasan makanan, snack/ jajanan, kemasan air mineral dan kopi-kopi kekinian, sampah kemasan bekas belanja, dan lain-lain.

Demi berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon dan menjaga lingkungan, setiap hari saya rutin membawa tumblr untuk minum, kotak bekal makanan untuk sarapan, satu takeaway box dan snack box untuk jajan dan makan siang, serta tote bag kain untuk menaruh barang belanjaan atau barang-barang lainnya.

Dalam satu hari, saya bisa tidak menggunakan plastik konvensional sama sekali! Bayangkan jika setengah saja dari 135 juta pekerja kantoran menerapkan pola hidup minim limbah, berapa banyak limbah plastik dan kertas yang bisa berkurang? Selain itu, emisi karbon dari penebangan hutan untuk produksi kertas juga bisa teratasi kalau jumlah permintaan terhadap kertas berkurang.

Sebagaimana hukum ekonomi: Di mana ada permintaan, di situ ada penawaran. Jika permintaan terhadap kemasan sekali pakai berkurang, otomatis suplainya juga berkurang bukan? 


8.    Menggunakan Plastik Berbahan Cassava yang Lebih Mudah Terurai sebagai Alternatif Kemasan Plastik

Cassava bag/ Plastik Biodegradable Ramah Lingkungan (Sumber: dok. pribadi)

Tahu gak kalau limbah dari benda-benda berbahan plastik membutuhkan 10 sampai 1.000 tahun untuk terurai di tanah? Dan untuk limbah botol plastik membutuhkan waktu sekitar 450 tahun untuk terurai sempurna?

Sebenarnya apa sih korelasi antara lama penguraian sampah plastik dengan emisi karbon? Jadi begini, ketika sampah plastik terurai melalui proses penguraian biologis atau foto degradasi, gas rumah kaca, termasuk karbon dioksida, terlepas ke atmosfer. Proses penguraian ini dapat membebaskan karbon yang sebelumnya terperangkap dalam bentuk molekul plastik, dan akhirnya menghasilkan emisi karbon.

Naiknya angka emisi karbon tersebut menyebabkan perubahan iklim yang tingkat urgensinya sudah sangat tinggi saat ini.

Masalahnya, penggunaan plastik memang tidak bisa dihilangkan 100%. Kita masih membutuhkan plastik, misalnya untuk membuang sampah, pelapis anti bocor, untuk belanja sayur dan buah-buahan basah, dan lain-lain. 

Tapi jangan khawatir! Berkat inovasi yang dilakukan secara kontinu, kita sekarang sudah memiliki alternatif untuk plastik sekali pakai, lho. Yaitu plastik berbahan dasar singkong/ cassava. Berbeda dengan plastik konvensional yang memerlukan waktu puluhan hingga ratusan tahun, plastik berbahan cassava mampu terurai selama 180 hari saja alias tiga bulan! Sangat kontras kan perbedaannya?

Bukan cuma itu saja, limbah dari plastik cassava dapat dikomposkan dan dapat dikonsumsi oleh mikro-organisme dalam tanah. Artinya, ketika plastik tersebut tidak lagi digunakan, kamu dapat memanfaatkan limbahnya sebagai pupuk kompos yang baik untuk tanaman di lingkunganmu.

Cassava bag/ Plastik Biodegradable Ramah Lingkungan (Sumber: dok. pribadi)

Saya menggunakan plastik cassava untuk 3 penggunaan rutin, yaitu:

  1. Untuk plastik pembuangan sampah rumah tangga
  2. Setiap harinya, sampah rumah tangga dari rumah saya, akan saya satukan dalam wadah plastik sampah berbahan cassava sebelum saya serahkan ke petugas kebersihan rumah saya.
  3. Untuk belanja buah dan sayuran basah
  4. Untuk berbelanja produk kemasan yang tidak basah, seperti susu, roti, snack, dan produk kering lainnya, kita bisa memanfaatkan tas belanja reusable berbahan kain seperti tote bag. Namun, untuk produk basah seperti buah dan sayur, akan lebih efektif jika menggunakan plastik cassava sebagai wadahnya.
  5. Untuk kemasan pengiriman barang
  6. Saya cukup sering mengirim barang menggunakan jasa kurir. Nah, misalnya saya ingin mengirim baju dan kerudung bekas yang saya jual secara online ke pembeli. Alih-alih menggunakan plastik atau kardus bekas, saya sekarang punya stock cassava mailer yang praktis untuk dibuka tutup. Tidak diperlukan banyak perekat untuk menyegel cassava mailer ini. Selain itu, cassava mailer juga sudah digunakan oleh toko-toko online tertentu sebagai pengemas barangnya.

9.    Menggunakan Moda Transportasi Umum untuk Mobilitas Sehari-hari

Menggunakan moda transportasi umum Busway dan Commuter Line Indonesia (Sumber: dok. pribadi)


Sebagian besar kendaraan masih menggunakan bahan bakar fosil, seperti bensin dan diesel. Ketika bahan bakar tersebut terbakar dalam mesin kendaraan, emisi karbon dioksida akan dikeluarkan dari kendaraan tersebut. Emisi karbon yang dikeluarkan akan semakin besar ketika kendaraan tersebut melaju di jalanan yang macet.

Di kota-kota besar, kepadatan penduduk menyebabkan macet tak terhindarkan dan menjadi makanan sehari-hari. Semakin banyak penduduk, semakin besar emisi yang dikeluarkan, dan diperparah dengan kemacetan, sehingga sudah selayaknya masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi beralih ke moda transportasi umum.

Singkatnya, mengatasi kemacetan = mengurangi emisi karbon

Di Jakarta tahun 2023 ini, populasi penduduknya hampir mencapai 11 juta jiwa. Menurut Statistik Sektoral Jakarta, 52% dari populasi tersebut adalah pekerja yang notabenenya memiliki mobilitas tinggi. 

Direktur PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Mochammad Yana Aditya mengungkapkan bahwa Transjakarta akan meng-cover 95% wilayah Jakarta, dan membidik 1,5 juta penumpang per hari untuk tahun 2023 ini. Armada Transjakarta juga akan ditambah dengan 100 unit bus listrik. 

Jika cakupan Transjakarta sudah dibuat sedemikian rupa sehingga melingkupi hampir 100% wilayah jakarta, maka sebenarnya tidak ada alasan lagi bagi kita untuk malas menggunakan moda transportasi umum. Itu baru berbicara soal Transjakarta, belum lagi ditambah Commuter Line (KRL) dan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. 

Selain berpartisipasi dalam pengurangan emisi karbon, menggunakan moda transportasi umum dapat menghemat pengeluaran juga. Apalagi sekarang harga BBM sudah naik. 

10.    Substitusi Kain Lap Sintetis dengan Kain Spons Alami

Kain Spons Alami Ramah Lingkungan (Sumber: dok. pribadi)


Bersih-bersih rumah merupakan kegiatan harian yang tak terhindarkan. Apalagi untuk area-area basah seperti dapur dan kamar mandi, di mana bakteri hingga jamur mudah sekali muncul. Oleh karena itu, kita pasti selalu siap sedia kain lap untuk bersih-bersih. Biasanya kain lap tersebut akan kita basahi dengan air bersih kemudian kita usapkan pada permukaan yang kotor. 

Kain lap yang biasa kita gunakan umumnya terbuat dari serat sintetis. Selama 50 tahun terakhir, industri tekstil sudah beralih dari menggunakan serat alami menjadi serat sintetis karena jauh lebih mudah dan murah untuk diproduksi. 

Namun, penggunaan serat-serat sintetis tersebut dapat merusak lingkungan dalam skala besar. Contohnya, polyester, serat sintetis yang berbahan dasar plastik yang terbuat dari batu bara dan minyak bumi, di mana batu bara dan minyak bumi menyumbang emisi karbon yang besar.

Kain Spons Alami Ramah Lingkungan (Sumber: dok. pribadi)


Tapi sekarang, sudah ada alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk kain lap yang biasa kita pakai. Saya memiliki kain yang terbuat dari bahan alami, yaitu 70% selulosa atau serat pulp kayu dan 30% katun. Selain mampu menyerap air lebih banyak dibandingkan kain lap sintetis, limbah dari kain alami ini dapat digunakan sebagai pupuk kompos.

Selain itu, kain spons alami ini, dapat menyerap air lebih banyak, hinga 90 ml dan cepat kering. Tidak hanya itu, kain spons alami ini sangat mudah untuk diperas, lho! Menjadikannya kain lap yang serbaguna.

Mungkin terdengar sepele, tetapi tindakan kecil semacam ini jika dikampanyekan dan diikuti oleh banyak orang pasti memiliki dampak yang signifikan dalam pengurangan emisi karbon dan limbah. Apalagi jika dilakukan secara konsisten.

11.    Bijak Menggunakan Internet demi Mengurangi Emisi Karbon

Sumber: Unsplash.com/ Teona Swift

Sebagai orang awam, saya tak pernah menyangka bahwa cara kita berinternet berpengaruh terhadap lingkungan. Kita dapat mengakses layanan internet berkat dukungan dari komponen yang bernama server. Jika server rusak atau down, kita tidak akan bisa mengakses layanan internet. 

Server merupakan komponen penting dalam infrastruktur teknologi informasi (TI) dan berperan dalam mendukung berbagai layanan dan aplikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti akses web, e-mail, media sosial, e-commerce, dan lain-lain. 

Server membutuhkan daya listrik yang tinggi untuk beroperasi. Ditambah lagi dengan panas yang dihasilkan oleh server saat bekerja, sehingga suhu dalam ruangan server harus selalu rendah. Dalam ruangan server bisa terdapat 5 unit AC untuk mendinginkan satu server. Nah, untuk menjaga suhu server seluruh AC ruangan harus terus menyala 24 jam. Bayangkan jumlah daya listrik yang dikeluarkan untuk merawat operasional server. 

Server dioperasikan melalui sebuah Data Center/ Pusat Data. Pusat Data membutuhkan pendingin tambahan, sistem keamanan, dan infrastruktur lainnya yang membutuhkan energi yang besar. Penggunaan listrik yang tinggi dalam membangun dan menjaga Pusat Data juga berkontribusi pada emisi karbon.

Nah, kalau sudah tahu begini, maka kita harus bijak berinternet dalam rangka pengurangan emisi karbon. Bagaimana caranya? 

  1. Gunakan perangkat elektronik dengan bijak dan hindari penggunaan yang berlebihan. Tutup aplikasi atau program jika tidak digunakan dan matikan pembaruan/ upgrade otomatis yang memakan banyak bandwidth dan daya listrik.

  2. Jika kamu memiliki situs web atau aplikasi online, pilih penyedia layanan web/ hosting yang menggunakan sumber daya energi terbarukan atau yang memiliki kebijakan pengurangan emisi karbon.

  3. Gunakan mesin pencari/ search engine yang didukung oleh energi terbarukan atau yang berkomitmen untuk pengurangan emisi karbon. (Contoh: Ecosia, Ekoru, OceanHero, Goodsearch, Rapusia, Give as you Live, Elliot for Water, dan lain-lain).

  4. Download/ unduh lagu dan video yang biasa kamu tonton/ dengarkan berulang kali. Karena streaming yang dilakukan berulang kali membuat server bekerja lebih keras.

  5. Bersihkan e-mail dalam inbox-mu dan jangan dibiarkan menggunung. E-mail dan penyimpanan digital yang berlebihan memerlukan kapasitas server yang lebih besar dan konsumsi energi yang lebih tinggi.

  6. Jika kamu menggunakan layanan cloud, pilih provider yang memiliki komitmen terhadap penggunaan energi yang efisien dan penggunaan sumber daya yang bijaksana. Google memulai 'penghijauan' cloud pada tahun 2007 dengan membeli kredit karbon berkualitas tinggi. Sejak 2017, Google telah membeli energi terbarukan yang cukup untuk memenuhi operasionalnya.

  7. Dukung organisasi atau proyek yang berfokus pada pengurangan emisi karbon secara online. Contohnya seperti, Generasi Energi Bersih dan Institute for Essential Services Reform (IESR), yang secara konsisten mengampanyekan pola hidup rendah emisi dan informasi terkini terkait energi terbarukan.
Nah, itulah 11 langkah praktis mengurangi emisi karbon harian versi saya. Langkah-langkah di atas bersifat praktis, karena mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten oleh siapa saja. Bagaimana langkah praktis mengurangi emisi karbon harian versimu?

Sumber:
https://hir.harvard.edu/carbon-negativity-in-bhutan-an-inverse-free-rider-problem/
https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/6136feaecd17d/gunungan-sampah-masker-selama-pandemi
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/30/era-bonus-demografi-69-penduduk-indonesia-masuk-kategori-usia-produktif-pada-juni-2022
https://www.uksw.edu/detail_post/news/selamatkan-bumi-tiga-mahasiswa-ini-ubah-kulit-singkong-jadi-plastik
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221102091051-4-384409/buka-bukaan-transjakarta-bidik-15-juta-penumpang-tahun-2023
https://statistik.jakarta.go.id/ketenagakerjaan-di-dki-jakarta-berjalan-ke-arah-positif/
https://www.sustainablejungle.com/sustainable-tech/eco-friendly-search-engines/
http://coachcrafters.net/__media__/js/netsoltrademark.php?d=https://tamarapsy.com/


Komentar