-
Cara mudah men-substitusi produk sekali pakai dengan produk ramah
lingkungan
-
Membeli produk ramah lingkungan dari UMKM dalam negeri, tidak hanya
berkontribusi terhadap mitigasi dampak perubahan iklim, tetapi juga turut
memajukan ekonomi dalam negeri
-
Bagaimana cara konsisten mengurangi emisi karbon, dimulai dari diri
sendiri
Sedari membuka mata dan beranjak dari tempat tidur untuk memulai aktivitas,
kita tak pernah lepas dari penggunaan produk berbahan plastik maupun kertas.
Produk-produk sekali pakai seperti tissue, kapas, pembalut, masker, plastik
pembungkus, dan plastik untuk pembuangan, sudah menjadi bagian dari aktivitas
sehari-hari kita.
Dulu, ketika bangun tidur, saya pasti langsung bergegas ambil tissue untuk sekedar mengelap
hidung. Kemudian, kembali menggunakan tissue di toilet rumah maupun di toilet
kantor. Tissue kembali digunakan saat minuman atau makanan tumpah ke lantai
atau meja. Pokoknya hidup saya dulu sangat ketergantungan dengan tissue.
Sebagai perempuan, kehadiran kapas sangatlah berguna untuk saya, baik untuk
mengaplikasikan produk skin care maupun untuk menghapus make up.
Kemudian ketika 'tamu bulanan' datang, kita sebagai perempuan wajib siap sedia
pembalut dan panty liner untuk pasca haid.
Belum lagi saat berbelanja, baik online maupun offline, dulu
saya selalu menggunakan plastik sekali pakai. Terkadang bahkan plastik-plastik
tersebut saya double demi keamanan.
Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kedewasaan, kesadaran saya
akan lingkungan semakin terasah dan terarah. Ada sebuah argumen dari Greta
Thunberg yang menyentil keacuhan saya tentang lingkungan:
"Bayangkan jika Anda berada dalam satu pesawat terbang. Kemudian Anda jelas
tahu bahwa pesawat terbang tersebut sudah rusak dan akan jatuh. Apakah Anda
tega menempatkan anak cucu Anda dalam pesawat tersebut? Sama halnya dengan
bumi ini yang kian hari semakin mendekati kehancuran, apakah Anda tega
membiarkan anak cucu anda hidup di bumi yang tidak punya masa depan dan
diambang kehancuran?"
Terlepas dari kontroversi yang menyelimuti Greta, saya sangat tergerak dengan
analogi pesawat terbang yang ia buat tersebut. Saya memutuskan untuk
tobat emisi demi bumi, sekaligus memitigasi dampak perubahan iklim yang semakin parah.
Di bawah ini, saya akan menjabarkan produk-produk ramah lingkungan yang
saya gunakan sebagai substitusi dari produk konvensional yang konsisten
saya gunakan setiap hari:
Substitusi Tisu dengan Tisu Ramah Lingkungan
 |
Tissue toilet bahan kain reusable (dok. pribadi) |
Tahu gak? Setidaknya 17 pohon ditebang untuk menghasilkan 1 ton tissue,
sementara konsumsi tissue di seluruh dunia bisa mencapai 37,7 juta ton lho,
menurut data pada tahun 2017.
Padahal butuh sedikitnya enam tahun untuk menanam pohon, untuk kemudian
ditebang lagi dan diolah menjadi tissue yang hanya digunakan satu kali dan
kemudian dibuang. Padahal satu pohon bisa menghasilkan oksigen yang cukup
untuk tiga orang seumur hidup.
Saya memutuskan untuk mensubstitusi/ mengganti tissue konvensional sekali
pakai dengan tissue kain reusable yang bisa saya gunakan
berulang-ulang. Baik untuk tissue biasa, maupun tissue toilet.
Nah, produk ramah lingkungan ini, saya beli dari UMKM lokal. Selain bergerak
dalam bidang komersial seperti berjualan produk ramah lingkungan, UMKM lokal
tersebut juga merupakan komunitas yang bergerak dalam mendorong pola hidup
ramah lingkungan.
Sebagian keuntungan yang mereka peroleh, akan disalurkan untuk memperkenalkan
masyarakat Indonesia tentang hidup ramah lingkungan melalui pelatihan
pendidikan dan lokakarya. Maka, dengan membeli produk ramah lingkungan dari
mereka, kita turut berpartisipasi dalam memitigasi dampak perubahan iklim.
Substitusi Pembalut Konvensional dengan Pembalut Ramah Lingkungan
 |
Menspad / Pembalut reusable ramah lingkungan (dok. pribadi) |
Setiap perempuan yang mengalami menstruasi setiap bulannya, dapat menghabiskan
sekitar 17.000 pembalut sekali pakai selama hidupnya, yang berbahan dasar
plastik dan tidak dapat terurai.
Sehingga, diciptakan sebuah Menspad atau Menstrual pad, yang merupakan produk
pembalut kain yang dapat dicuci dan dipakai ulang. Terdiri dari
Base Pad (bagian dasar) dan Insert refill (lapisan tambahan)
yang dapat dibongkar pasang/ di lapisi 2x.
Menspad ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Kita dapat mencuci produk
ini segera setelah selesai digunakan dengan hand wash dan dijemur
kering di bawah matahari. 1 set terdiri dari 1 Base Pad + 2 Insert refill.
Saya tidak pernah terpikirkan akan produk ramah lingkungan jenis ini.
Komunitas UMKM dalam negeri memang tak pernah berhenti berinovasi. Sebelum
adanya komunitas yang menggalakkan gaya hidup ramah lingkungan ini, saya
mungkin tidak akan pernah tahu dan merasakan mudahnya hidup yang
sustainable saat 'tamu bulanan' datang.
Baca juga: Rutinitas Ramah Lingkungan: 11 Langkah Praktis Mengurangi Emisi Karbon Harian
Substitusi Kapas Wajah Konvensional dengan Kapas Wajah Reusable Ramah
Lingkungan
 |
Kapas wajah reusable ramah lingkungan (dok. pribadi) |
Tahu gak sih? Ternyata penanaman pohon kapas itu menggunakan banyak pestisida
yang pada akhirnya mencemari ekosistem lingkungan? Selain itu diperlukan
sekitar 20.000 liter air hanya untuk membuat 1 kg kapas.
Fakta di atas membuat saya mantap untuk beralih ke kapas kain yang dapat
dipakai berulang kali, sehingga ramah lingkungan. Sekarang, saya menggunakan
kapas kain tersebut untuk mengaplikasikan skin care, maupun untuk
membersihkan make up.
Menggunakan Takeaway Box untuk Takeaway Makanan
 |
Takeaway Box (dok. referensi demi bumi) |
Saya sering sekali makan di luar bersama kolega, suami, maupun keluarga. Nah,
makanan saya seringkali tidak habis, atau masih terdapat menu makanan yang
ingin saya bawa pulang ke rumah. Dulu, sebelum memiliki takeaway box, saya
pasti menggunakan paper bag dan plastik kemasan dari restoran untuk takeaway
makanan, tetapi sekarang sudah tidak lagi.
Reusable Takeaway Box yang saya gunakan adalah hasil daur ulang kantong
penyimpanan kopi yang dilapisi dengan kain waterproof, sehingga cocok
untuk dijadikan pengganti wadah makanan sekali pakai. Selain ramah lingkungan
dan minim limbah, makanan kita jadi lebih higienis, dan takeaway box yang saya
miliki dibuat dari bahan food grade.
Menggunakan Snack Pouch Reusable sebagai Pengganti Kemasan Snack/ Jajanan
 |
Snack Pouch (dok. Pribadi) |
Keseharian saya didominasi oleh aktivitas luar rumah. Di luar, saya pasti membeli jajanan untuk selingan. Terkadang saya risih setiap kali membeli gorengan atau jajanan lain, kenapa? Karena pasti dikemas dengan kertas, kemudian dilapisi lagi dengan plastik bening. Sangat menghasilkan limbah yang tidak perlu.
Maka dari itu, saya memutuskan membeli snack pouch untuk saya bawa kemana-mana, sebagai pengganti kemasan plastik dan kertas untuk jajanan. Snack pouch yang saya miliki adalah produk daur ulang dari kantong penyimpanan kopi dari berbagai kedai kopi di Jakarta.
Jadi, limbah bungkus kopi dari berbagai penjuru jakarta ini dikumpulkan oleh suatu komunitas pencinta lingkungan. Kemudian didaur ulang dan dijadikan berbagai macam produk bermanfaat, salah satunya adalah snack pouch ini.
Menggunakan Kantong Plastik dari Kulit Singkong untuk Belanja Buah-Buahan dan
Sayur
 |
Kantung plastik biodegradable (dok. pribadi) |
Kalau untuk belanja sehari-hari, saya sudah konsisten menggunakan tote bag
sebagai pengganti plastik kemasan. Lagian di beberapa tempat berbelanja, kita
sudah dianjurkan oleh para pekerjanya untuk membawa kantong belanja sendiri.
Namun, untuk buah dan sayur, case-nya berbeda. Buah dan sayur adalah bahan
pangan yang kurang higienis jika dimasukkan ke dalam tote bag kain. Nah, maka
dari itu, saya rutin menggunakan kantong plastik ramah lingkungan berbahan
dasar cassava atau singkong.
Plastik Cassava tersebut terbuat dari resin alami yang berasal dari 98% pati
Tapioka, 1% minyak nabati, dan 1% biopolimer alami
yang dapat dikomposkan dan dapat dikonsumsi oleh mikro-organisme dalam
tanah. Sehingga sangat cocok digunakan sebagai alternatif plastik konvensional yang
sulit terurai dalam tanah.
Menggunakan Kantong Plastik dari Kulit Singkong untuk Membuang Sampah
Menurut Data Indonesia, sektor rumah tangga menyumbang 42,23% terhadap total sampah nasional yang sebanyak 21,88 juta ton pada 2021. Biasanya, sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan dalam satu hari, kemudian dimasukkan dalam kantong plastik sebelum akhirnya dibuang keluar rumah.
Nah, sama seperti untuk belanja buah dan sayur, sekarang untuk plastik pembuangan sampah, saya menggunakan kantong plastik sampah ramah lingkungan yang terbuat dari resin alami yang berasal dari 98% pati Tapioka, 1%
minyak nabati, dan 1% biopolimer alami
yang dapat dikomposkan dan dapat dikonsumsi oleh mikro-organisme dalam tanah.
Berhenti Menggunakan Masker Sekali Pakai
Faktanya, pada tahun 2021, tiap satu menit terdapat 2,8 tuta limbah masker sekali pakai di bumi. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Awalnya saya malas menggunakan masker kain, karena masker kain tidak memiliki filter virus, dan hanya terdapat filter debu saja. Tetapi dengan adanya inovasi pelaku UMKM dalam negeri, yang menciptakan masker kain dengan desain yang dapat diselipi filter virus, kini saya sudah beralih 100% menggunakan masker kain.
Masker yang saya gunakan terbuat dari kain katun yang dapat dicuci, ramah lingkungan, dan dilengkapi dengan filter PM 2.5 (N99). Namun, filter hanya dapat bertahan 1-2 bulan, kemudian harus diganti dengan filter yang baru. Tetapi ini jauh lebih baik, daripada harus mengganti masker setiap hari.
Inovasi yang tak berkesudahan dari komunitas pencinta lingkungan dalam negeri, sepantasnya kita apresiasi. Jika kita masih belum mampu berinovasi, kita dapat berpartisipasi dalam memitigasi dampak perubahan iklim, dengan mendukung dan membeli produk ramah lingkungan buatan anak negeri.
Saya dan teman-teman dari #EcoBloggerSquad bersama bergerak berdaya dalam memitigasi dampak perubahan iklim dalam negeri. Melalui online gathering yang diisi dengan narasumber terpercaya, kami berkolaborasi mendorong gaya hidup ramah lingkungan.
Itu lah kontribusi dalam memitigasi dampak perubahan iklim sehari-hari versi kami. Bagaimana dengan versi mu?
Komentar