Ide produksi sustainable fashion selanjutnya bisa kita adopsi dari
brand fashion Korea Selatan: Ki Lee. Brand ini menjual tas dan
aksesoris wanita berbahan kulit, di mana kulitnya terbuat dari serat
buah murbei.
Desainnya juga futuristik dan simple. Tujuannya agar desain tersebut
tidak berhenti di satu zaman saja, dan tetap relevan untuk beberapa
tahun kedepan. Sehingga customer mereka tidak perlu harus selalu
membeli item fashion baru demi mengikuti tren musiman yang selalu
berganti-ganti.
Kenapa ide produksi Ki Lee cocok diterapkan di Indonesia?
Selain karena desainnya yang selaras dengan tren fashion
ready-to-wear di Indonesia yang simple dan casual,
tanaman murbei juga tumbuh subur di Indonesia.
Serat tanaman tersebut bisa dijadikan bahan dasar untuk kulit tas dan
aksesoris, dan suplainya cukup melimpah di Indonesia.
5. Menggunakan Denim Vintage Daur Ulang dan Kain Bekas
untuk Produksi ala Brand Fashion "Popsiz"
|
Dress dari Popsiz (Sumber: instagram.com/ popsiiz) |
Jika berbicara soal fashion ready-to-wear, kita pastinya
tidak bisa lepas dari kehadiran denim atau jeans. Pasalnya, bahan
denim ini sangat mudah dipadukan dengan apa saja. Bisa dipadukan
dengan sweater, blouse, kaus, dan lain-lain.
Nah, Popsiz adalah brand fashion Korea Selatan yang menggunakan
denim daur ulang untuk produk-produknya. Tidak hanya itu, Popsiz
juga memanfaatkan bahan-bahan berikut ini untuk produksinya:
-
Menggunakan
printing indigo
dengan pola cetak grafis sebagai pengganti denim untuk mengurangi
penggunaan air
-
Pewarna alami pada tekstil organik sebagai pengganti pewarna
sintetis berbahaya
- Plastik daur ulang (polyester daur ulang)
- Katun organik
- Kain sisa produksi (deadstock fabrics)
Tidak berhenti sampai situ saja, Popsiz juga mempertimbangkan
penggunaan air, bahan kimia, dan siklus hidup bahan saat mendesain
dan memproduksi pakaiannya.
Popsiz juga bekerja sama dengan perusahaan tekstil pertama di Korea
Selatan yang memproses katun organik, yaitu Kay June Company. Popsiz
memiliki sertifikat etikal untuk 12 unit proses termasuk perajutan,
tenunan, pewarnaan, pencetakan, dan jahit.
Sehingga bukan hanya menggunakan material ramah lingkungan, Popsiz
juga menggunakan teknik produksi yang juga
ramah lingkungan. Ditambah
lagi dengan pengemasan produknya yang menggunakan plastik
biodegradable dan dapat digunakan kembali (
reusable).
6. Pakaian yang Terbuat dari 100% Serat Organik dan
Bebas PVC ala Brand Fashion "Not Ours"
|
Kaus dan Tas dari Not Ours (Sumber: instagram.com/ notoursteam)
|
Pakaian basic seperti kaus, sweater, overall, dan hoodie adalah jenis
pakaian yang timeless dan tidak musiman.
Nah, brand fashion Korea Selatan bernama Not Ours menawarkan koleksi
pakaian basic harian yang materialnya 100% terbuat dari serat
organik.
Filosofi dari nama brand ini cukup unik. Not Ours dalam Bahasa Inggris
berarti "Bukan Milik Kita". Sementara, Ours dalam Bahasa Perancis
artinya "Beruang".
Beruang terkenal karena kulit dan bulunya yang dimanfaatkan dalam
industri fashion. Beruang menjadi simbol dari kejamnya industri
fashion terhadap hewan.
Oleh karena itu, Not Ours bertujuan untuk menjadi brand yang
berkomitmen 100% untuk tidak menggunakan bahan produk dari hewan dan
hanya menggunakan serat kain dari tanaman.
|
Top dari Not Ours (Sumber: instagram.com/ notoursteam) |
Selain itu, Not Ours tidak menggunakan PVC (Polyvinyl Chloride) pada
produknya. Proses produksi PVC melibatkan bahan baku berbasis
minyak bumi dan melibatkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, saat PVC
terbakar atau terdegradasi, dapat menghasilkan zat berbahaya seperti
klorin dan dioksin yang berdampak negatif pada lingkungan.
Namun, Not Ours melakukan daur ulang terhadap PVC bekas pakai untuk
beberapa produknya seperti kaus kaki dan sarung tangan.
7. Pakaian dari Bahan Neoprene yang Diproduksi
denganTeknologi Minim Limbah ala Brand "PARTsPARTs"
|
Produk pakaian minimalis dari PARTsPARTs (Sumber: instagram.com/ PARTsPARTs) |
Saat ini di Indonesia sudah banyak perempuan karir yang bekerja
kantoran. Tahu sendiri kan kalau bekerja kantoran itu membutuhkan
pakaian ready-to-wear yang anti ribet, fleksibel, dan tidak
mudah kusut.
Nah, bahan pakaian Neoprene merupakan bahan yang elastis dan anti
kerut sehingga tidak mudah kusut. Bahan ini memungkinkan penggunanya
bebas bergerak tanpa khawatir pakaiannya berantakan.
Namun, dibalik kelebihannya, Neoprene bukanlah material yang ramah
lingkungan. Neoprene adalah sejenis karet sintetis yang biasanya terbuat dari
polimer kloroprena. Proses produksi Neoprene melibatkan penggunaan
bahan kimia dan energi yang signifikan.
Untungnya, dengan teknologi terbarukan, Neoprene dapat diproduksi
dengan lebih
ramah lingkungan dan minim limbah.
Brand Fashion Korea, PARTsPARTs, memperkenalkan bahan Neoprene
yang dibuat dari teknologi minim limbah. Sebagai salah satu
merek berkelanjutan terkemuka di Korea, PARTsPARTs berkomitmen
terhadap pola bisnis zero waste.
Desain pakaian dari PARTsPARTs sederhana tetapi sangat stylish.
Selain itu, meski menerapkan warna pakaian yang netral, PARTsPARTs
juga mampu memadukan warna netral dengan warna yang mencolok dengan
cerdas.
Berbicara soal sustainable fashion, Saya punya rekomendasi situs web Indonesia yang khusus membahas soal fashion, baik lokal maupun internasional, yaitu situs web
Laruna Indonesia Fashion Forum. Situs web
Laruna menyediakan rubrik khusus untuk
sustainable fashion, lho.
Selain itu, jika Anda menyukai fashion dan hobi menulis, Anda bisa mendaftar menjadi kontributor penulis untuk situs web
Laruna. Caranya dengan mendaftar pada link berikut ini:
Terimakasih sudah membaca!
Komentar