Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Biodiesel dari Minyak Jelantah: Limbah Jadi Berkah!

Biodiesel dari minyak jelantah, mungkinkah?


Biodiesel dari Minyak Jelantah: Potensi Minyak Jelantah (Sumber: Eco Blogger Squad Monthly Gathering November 2023)


Minyak jelantah adalah minyak bekas yang dihasilkan dari penggorengan atau pemanggangan makanan. Minyak ini biasanya berasal dari minyak nabati, seperti minyak kedelai, jagung, atau canola, yang digunakan untuk menggoreng berbagai jenis makanan. 

Nah, sekitar 16 juta KL (KiloLiter) minyak digoreng setiap tahunnya di Indonesia, volume ini setara dengan volume air dalam 6.400 kolam renang olimpiade yang terisi penuh. Ini data 2020 ya guys, berhubung setiap tahunnya populasi Indonesia terus bertambah, otomatis semakin hari volume minyak jelantah yang dihasilkan juga semakin meningkat.

3 Hal yang Biasa Dilakukan pada Minyak Jelantah Setelah Digunakan Beberapa Kali

Minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang bisa digunakan kembali merupakan minyak yang sudah digunakan berulang-ulang (maks empat kali) pemakaiannya dan minyak tersebut sudah turun kualitasnya. Berikut hal-hal yang biasanya dilakukan terhadap minyak jelantah di Indonesia.

1.  Minyak Jelantah Dikumpulkan oleh Pengepul untuk Didaur Ulang Menjadi Minyak Goreng Baru

Bagaimana proses daur ulang minyak jelantah menjadi minyak goreng baru? Pertama, pengepul mengumpulkan minyak jelantah dari restoran, rumah makan, atau fasilitas pengolahan makanan. Minyak ini kemudian disimpan dalam wadah khusus untuk diangkut ke pabrik daur ulang.

Karena minyak jelantah mengandung partikel makanan dan residu lainnya, minyak harus melalui proses pembersihan terlebih dahulu. Proses pembersihan minyak jelantah dilakukan dengan mencampurkan bahan kimia untuk memisahkan air dan kontaminan lainnya dari minyak.

Setelah itu, untuk menghilangkan partikel yang lebih kecil dan meningkatkan kemurnian minyak, dilakukan lah penyaringan lanjutan. Meskipun sebenarnya proses daur ulang minyak jelantah harus memenuhi standar kualitas dan keamanan pangan, tetapi kebanyakan minyak hasil daur ulang ini menimbulkan banyak risiko kesehatan jika dikonsumsi.

Minyak goreng hasil daur ulang minyak jelantah biasanya memiliki kandungan kolestrol tinggi, zat radikal bebas yang bisa meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung.

2.    Minyak Jelantah Dikumpulkan untuk Diekspor

Siapa sangka minyak jelantah atau yang terkenal dengan sebutan used cooking oil ini adalah komoditas yang biasa diekspor ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat?

Namun, minyak jelantah yang diekspor ini biasanya harus memenuhi syarat ketertelusuran (well-traceable). Maksudnya adalah, asal-usul minyak jelantah ini harus benar-benar berasal dari titik produksi minyak jelantah, bukan berasal dari campuran minyak segar/minyak-minyak lain dan/atau berasal dari sumber minyak jelantah yang ilegal.

Minyak jelantah yang mempunyai ketertelusuran asal-usul (point-of-origin traceability) ini yang sangat diminati oleh industri greenfuel dan menjadi standar baru penerimaan minyak jelantah di Uni Eropa dan Amerika Utara. 

Nantinya, minyak jelantah ini akan diolah oleh pihak asing menjadi greenfuel sustainable aviation fuel/green avtur (SAF) alias bahan bakar pesawat berkelanjutan dan hydrotreated vegetable oil/green diesel (HVO) atau diesel ramah lingkungan. Inovatif banget, kan? 

3.    Dibuang

Sayangnya, sebagian besar minyak jelantah justru dibuang. Minyak jelantah ini jika dibuang sembarangan akan menimbulkan pencemaran dan masalah kesehatan. Padahal, selain dapat didaur ulang sebagai minyak goreng baru dan produk lainnya, kita dapat memproduksi biodiesel dari minyak jelantah.

Jelantah Jadi Berkah: Cara Membuat Biodiesel dari Minyak Jelantah

Mengutip dari situs web Dirjen EBTKE, minyak jelantah berpeluang untuk diolah menjadi biodiesel yang dapat digunakan menjadi subtitusi minyak solar bagi mesin diesel untuk sektor transportasi maupun industri. Minyak jelantah untuk biodiesel itu bukan hal yang baru di dunia. Beberapa negara sudah memanfaatkan minyak jelantah untuk energi, di Indonesia sendiri, IPB telah menggunakannya.


“Jika minyak jelantah dikelola dengan baik, dapat memenuhi 32% kebutuhan biodiesel nasional. Minyak jelantah memiliki peluang untuk dipasarkan baik kedalam dan keluar negeri serta hemat biaya produksi 35 % dibandingkan dengan biodisesel dari CPO (crude palm oil) serta mengurangi 91,7% emisi CO2 dibanding solar”


Cara Membuat Biodiesel dari Minyak Jelantah

Cara membuat biodiesel dari minyak jelantah atau used cooking oil (Sumber: Grand Natural Inc)


Penjelasan: 

1.    Persiapan Minyak Jelantah:
Minyak jelantah harus disaring untuk menghilangkan partikel besar dan benda asing. Pastikan minyak dalam keadaan bersih sebelum lanjut ke proses berikutnya.

2.    Pengukuran dan Persiapan Bahan Kimia:
Ukur jumlah minyak jelantah yang akan digunakan. Tentukan jumlah metanol atau etanol yang diperlukan sesuai dengan rasio molar yang tepat. Timbang katalis (NaOH atau KOH) sesuai dengan rasio yang ditentukan.

3.    Campurkan Bahan Kimia:
Campurkan metanol atau etanol dengan katalis dalam wadah yang sesuai. Aduk campuran hingga katalis larut sepenuhnya.

4.    Reaksi Transesterifikasi:
Campurkan minyak jelantah yang telah disiapkan dengan campuran metanol atau etanol dan katalis. Aduk campuran secara merata selama periode tertentu untuk memfasilitasi reaksi transesterifikasi. Proses ini akan mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel dan gliserol.

5.    Pemisahan Fase:
Setelah reaksi selesai, campuran didiamkan beberapa saat sehingga terjadi pemisahan antara dua fase, yaitu biodiesel di bagian atas dan gliserol di bagian bawah.

6.    Pemisahan Biodiesel:
Pisahkan biodiesel dari lapisan atas dengan hati-hati. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan wadah pemisah atau centrifuge.

7.    Pembersihan Biodiesel:
Biodiesel yang terpisah dapat mengandung beberapa kontaminan, sehingga proses pembersihan tambahan bisa diperlukan. Biodiesel dapat diproses melalui serangkaian penyaringan atau pemurnian tambahan untuk meningkatkan kualitasnya.

8.    Penyimpanan dan Distribusi:
Simpan biodiesel dalam wadah yang sesuai dan aman. Biodiesel yang telah dibuat dapat didistribusikan dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif.

Singkatnya, siklus pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel diawali dengan proses pemurnian kemudian disaring kemudian dicampur dengan arang aktif lalu dinetralkan. Setelahnya dilakukan transferivikasi yang menghasilkan biodiesel kasar dan dimurnikan untuk menghasilkan biodiesel.

Tantangan Mengolah Biodiesel Menjadi Minyak Jelantah

Pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel (Sumber: Eco Blogger Squad Monthly Gathering November 2023)


Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Effendi Manurung pada webinar Mengenal Potensi dan Dampak Minyak Jelantah yang digelar waste4change, memaparkan bahwa: 

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan biodiesel berbasis minyak jelantah, antara lain:

1.    Minyak jelantah mengandung asam lemak bebas dengan konsentrasi cukup tinggi sehingga membutuhkan katalis asam homogen dan diperlukan pengembangan teknologi yang efisien dan terjangkau. 

2.    Diperlukan pemetaan potensi bahan baku dan mekanisme pengumpulan dari restoran, hotel, dan rumah tangga. 

3.    Diperlukan adanya penentuan zona pengembangan program, karena sebaran lokasi dimana sumber yang tidak simetris dengan lokasi pengolahan biodiesel. 

4.    Dibutuhkan mekanisme harga beli dan belum ada insentif untuk pengembangan biodiesel berbasis minyak jelantah karena saat ini berfokus insentif berbasis minyak sawit.

Untuk melengkapi data tantangan di atas, menurut Traction Energy Asia, dibutuhkan adanya regulasi tata kelola dan tata niaga minyak jelantah.

Selain itu, menurut Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto, minyak jelantah dapat diolah masyarakat, sehingga bisa berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka dan penanggulangan kemiskinan di perkotaan. Meski begitu, masih ada tantangan besar pemanfaatan minyak jelantah termasuk proses pengumpulan, tranportasi, pengolahan, dan standardisasi kualitas biodiesel dari minyak jelantah.

Terkait minyak jelantah, selain faktor ekonomi dan lingkungan hidup, edukasi kepada masyarakat bahwa minyak jelantah juga bisa menjadi biodiesel perlu ditingkatkan. Upaya ini merupakan satu kesatuan sistem dari huru ke hilir. 

Edukasi Terkait Pemanfaat Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel

Eco Blogger Squad Monthly Gathering November 2023 bersama Traction Energy Membahas Energi Terbarukan

Salah satu sarana edukasi adalah internet. Bagi yang hobi menulis dan memiliki ketertarikan dalam membahas soal energi terbarukan seperti biodiesel, dapat menuliskan ajakan dan edukasi terkait pemanfaatan minyak jelantah menjadi biodiesel kepada masyarakat melalui platform blog dan dibagikan ke sosial media dengan cara yang interaktif dan menarik.

Para blogger dari komunitas blogger pecinta lingkungan Eco Blogger Squad, setiap bulannya menghadiri online gathering bulanan untuk membahas isu lingkungan dengan tema yang berbeda-beda setiap bualannya. Agenda bulan November 2023 adalah Mengulik Energi Terbarukan yang Sedang Ramai Diperbincangkan. Materi disampaikan oleh Traction Energy.

Baca Juga:    Artikel EBS Oktober 2023: Jika Krisis Iklim Bisa Se-Viral Pemilu
Baca Juga:    Artikel Lomba EBS x BloggerPerempuan: Seratus Tahun Lagi, Masih Adakah Hutan untuk Anak Cucu Kita?
Baca Juga:    Artikel EBS September 2023: Mengapa Lahan Gambut Sering Kali 'Dianaktirikan' dalam Diskusi Lingkungan?

Komentar