Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Andai Krisis Iklim Bisa Se-Viral Pemilu

Andai krisis iklim bisa se-viral pemilu, mungkin narasinya akan berbeda. 

Padahal pemilu itu hanya berdampak terhadap masa depan satu negara, sementara krisis iklim dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia. Bukan hanya pada manusia, tetapi juga makhluk hidup lainnya. Tapi kenapa ya krisis iklim gak bisa se-viral pemilu? Apa anak muda terlalu sering memberi panggung pada isu yang tak perlu?

Sebenarnya bukan berarti pemilu tidak penting, hanya saja, porsinya di sosial media terlalu mendominasi. Seharusnya krisis iklim juga diberi perhatian yang sama besar, mengingat dampaknya yang menyeluruh.

Bayangkan dunia di mana lini masa (timeline) media sosial dipenuhi oleh postingan tentang kesadaran akan krisis iklim. Bukan hanya kata-kata yang menggugah, tetapi juga aksi nyata yang mengubah cara kita hidup. Bayangkan banyak influencer berjuta followers, berbondong-bondong mengampanyekan pola hidup berkelanjutan. Mungkin narasi krisis iklim tidak akan se-mendesak hari ini.

Ubah Algoritma Sosial Media Kamu dengan Mengikuti Akun-Akun Inspiratif Para Muda Mudi Penjaga Bumi



Sudah rahasia umum bahwasannya lini masa (timeline) sosial media kita dipengaruhi oleh aktivitas kita. Jenis akun yang kita follow, yang paling sering kita like dan comment, atau yang paling sering berinteraksi (engage) dengan kita, adalah  jenis akun yang akan sering muncul di timeline kita, bukan?

Misalnya, kalau kamu suka follow akun influencer yang bahas traveling, otomatis timeline kamu isinya seputar traveling semua. And the like...

Nah, saya sekarang berusaha menaruh perhatian lebih terhadap akun-akun organisasi dan perseorangan yang memberikan inspirasi, informasi, dan panduan praktis tentang bagaimana kita dapat berkontribusi dalam memerangi krisis iklim.

Akun-akun tersebut gak melulu memuat konten membosankan dan penuh teori, lho. Banyak akun-akun inspiratif yang digawangi oleh anak-anak muda juga yang penyampaian materinya seru untuk diikuti. Pokoknya follow aja yang kira-kira relate sama kalian, supaya kita bisa enjoy untuk mengikuti kampanye mereka.



Terkait hal ini, melalui agenda bulanan #EcoBloggerSquad Oktober 2023, kami diperkenalkan oleh tiga sosok muda mudi penjaga bumi yang sangat inspiratif. Sumpah, ilmu yang mereka paparkan bener-bener "daging" semua. Masing-masing memberikan paparan yang berbeda terkait menjaga bumi. Nih, simak selengkapnya.

Eathink Movement (instagram: @eathink.movement)


Jacqueline, Co-founder, dan CEO dari Eathink, menyoroti pentingnya rantai pasokan makanan kita. Dia memberikan kesadaran pada kita bahwasannya pola konsumsi seseorang, sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Apalagi, kini populasi manusia semakin meningkat, padahal lahan pertanian justru berkurang karena tergerus oleh lahan hunian untuk menampung manusia yang semakin banyak.


Pembahasannya berfokus pada tiga isu utama, yaitu:

1. Sistem Pangan Berkelanjutan (SFS)

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), SFS bertujuan menyediakan keamanan pangan dan nutrisi dengan cara yang tidak mengorbankan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Memastikan pangan dan nutrisi untuk generasi mendatang adalah suatu keharusan.

2. Pertanian Berkelanjutan

Proses pertanian berkelanjutan adalah kunci. Pertainan berkelanjutan meliputi penggunaan lahan yang bertanggung jawab, penggunaan peralatan pertanian beremisi karbon rendah, dan manajemen tanah untuk menjaga kesuburan tanpa harus menggunakan bahan kimia berbahaya.

3. Nutrisi

Pangan berkelanjutan bukan hanya tentang bagaimana kita menanam makanan secara berkelanjutan, tetapi juga tentang bagaimana kita mengolah dan mengonsumsinya. Pemahaman tentang pentingnya nutrisi seimbang yang bersumber dari produk lokal adalah langkah besar dalam melestarikan sumber daya.

Topik-topik ini meningkatkan kesadaran akan pentingnya sistem pangan berkelanjutan dan mendorong konsumsi makanan yang bertanggung jawab. Yuk, follow akun instagramnya, dan ikuti aktivitas serta kampanye online mereka!


Pendekatan lain untuk meningkatkan kesadaran lingkungan adalah melalui inisiatif komunitas. Organisasi seperti SKELAS (Sentra Kreatif Lestari Siak), yang dipimpin oleh Cerli sebagai Ketuanya, berfokus pada pemberdayaan komunitas lokal. Mereka bekerja untuk meningkatkan keberlanjutan ekonomi sambil menjaga komitmen kuat terhadap pelestarian lingkungan. SKELAS melaksanakan berbagai fungsi, yaitu:

1. Promosi dan Komunikasi => Membangun narasi warisan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran muda-mudi terkait krisis iklim.

2. Inkubasi, Akselerasi, dan Agregasi => Mendukung wirausaha sosial, kolaborasi dalam komunitas, dan inisiatif berdasarkan kepentingan bersama dalam penggunaan sumber daya energi terbarukan.

3. Pusat Data dan Informasi => Bertindak sebagai pusat data dan informasi mengenai praktik bisnis berkelanjutan.

Inisiatif-inisiatif ini adalah contoh inspiratif tentang bagaimana komunitas dapat meningkatkan ekonomi daerah mereka sambil melindungi lingkungan. Buat kamu yang tertarik dengan dunia bisnis berkelanjutan (sustainable business), yuk follow instagram Skelas.siak!

Trend Asia (instagram: @Trend_Asia)


Transisi ke sumber energi terbarukan adalah topik yang terus dibahas, dan Amalya Reza, Manajer Bioenergi di Trend Asia, membagikan pandangannya terkait ini. 

Pada kesempatan kali ini, ia memberi jawaban atas pertanyaan: "Apakah bioenergi benar-benar bersih?".

Bioenergi adalah bentuk energi yang dihasilkan dari bahan organik, seperti pohon, tanaman pertanian, limbah hewan, dan lain-lain. Meskipun bioenergi ini diklaim sebagai energi bersih, kita harus memahami apakah bioenergi benar-benar "bersih" menghasilkan sedikit emisi atau nol emisi?

Ternyata, setidaknya ada klaim yang keliru lho terkait bioenergi ini. Yang pertama, ternyata bioenergi tidak netral karbon atau zero emission. Kok bisa?


Sebenarnya, ketika kayu dibakar untuk co-firing untuk dijadikan sumber energi, emisi CO2 dilepaskan ke atmosfer. Setidaknya 26,48 juta ton emisi karbon dilepaskan dalam co-firing. Apasih co-firing itu? co-firing adalah substitusi batu bara dengan bahan biomassa seperti wood pellet, cangkang sawit, dan sawdust (serbuk gergaji) pada rasio tertentu demi mengurangi emisi gas buang berbahaya.

Rencananya, pemerintah akan menggantikan 10% batu bara pada PLTU dengan bahan biomassa. Artinya, sumber pembangkit listrik kita yang tadinya 100% berasal dari batu bara, akan diubah menjadi: 90% batu bara + 10% biomassa agar emisi karbon dan emisi gas rumah kaca dapat dikurangi.

Namun, menurut studi terbaru dari Trend Asia, 10,2 juta metrik ton biomassa akan diperlukan setiap tahunnya demi merealisasikan program ini. Artinya, pemerintah perlu membangun 2 juta hektar lahan penanaman akasia dan eucalyptus untuk menghasilkan wood pellet sebagai biomassa campuran batu bara. Sehingga, pembabatan hutan alias deforestasi skala besar akan dilakukan untuk alih fungsi lahan.

Yuk jadi bagian dari perubahan. Kamu gakperlu jadi sehebat tokoh-tokoh muda di atas untuk memulai perubahan. Untuk membuat perubahan, harus dilakukan melalui usaha kolektif dan dimulai dari hal-hal kecil yang membentuk kebiasaan. Share awareness tentang perubahan iklim dan pola hidup berkelanjutan di sosial media kamu yuk!

Baca juga: Muda Mudi Bumi Wajib Tahu: Kebijakan Baru Pemerintah Ini Ternyata Berisiko Tingkatkan Deforestasi


Komentar