Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Mengapa Lahan Gambut Sering Kali 'Dianaktirikan' dalam Diskusi Lingkungan?

Ketika topik mengenai upaya mengurangi emisi karbon menjadi perbincangan, diskusi kita cenderung terarah pada inisiatif seperti penghijauan lahan non-gambut, meminimalisir penggunaan plastik, gaya hidup ramah lingkungan, atau transisi ke transportasi publik. 

Namun, pelestarian lahan gambut justru seringkali terlupakan, padahal lahan gambut memiliki potensi luar biasa dalam menyerap emisi karbon.

Lahan gambut adalah sebuah mosaik alam yang menakjubkan, yang terbentuk dari tumbuhan organik yang terdekomposisi dalam kondisi anaerob (proses yang berlangsung tanpa kehadiran oksigen) di bawah genangan air yang terakumulasi selama ribuan tahun. 

Karena proses pembentukannya yang unik dan berlarut-larut dalam rentang waktu ribuan tahun, lahan gambut menjadi tempat penyimpanan karbon alami yang sangat efisien. 

Bayangkan saja, lapisan-lapisan tumbuhan yang terdekomposisi dalam jangka waktu lama perlahan membentuk lapisan yang menyerap karbon. Jika lapisan tersebut rusak, misalnya karena kebakaran, maka karbon yang terserap tersebut akan terlepas ke atmosfer dan mendorong perubahan iklim.

Namun, mengapa lahan gambut seringkali terabaikan dalam diskusi perlindungan lingkungan?

Salah satu alasan mengapa lahan gambut kurang diberi ruang dalam percakapan lingkungan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat umum terhadap nilai dan pentingnya lahan gambut.

Kebanyakan orang mungkin hanya melihat gambut sebagai tanah basah yang tidak produktif, atau bahkan sebagai lahan yang harus dikeringkan untuk dijadikan lahan produktif. Padahal, konversi lahan gambut menjadi lahan lain, misalnya untuk lahan pertanian atau perkebunan seringkali menjadi "biang keladi" dari pelepasan karbon besar-besaran ke atmosfer.

Alasan lain dari diabaikannya kelestarian lahan gambut adalah porsi lahan gambut yang kecil, yang hanya menutupi 3% dari permukaan daratan di dunia. Meskipun hanya menempati sekitar 3% dari permukaan bumi, lahan gambut dapat menyimpan hingga 30% total karbon darat, jumlah ini setara dengan dua kali jumlah karbon yang disimpan di semua hutan di dunia.


Tidak hanya sebagai penyerap karbon, lahan gambut juga memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Ia menjadi rumah bagi banyak spesies flora dan fauna yang tidak ditemukan di tempat lain, termasuk beberapa spesies yang terancam punah.

Tanpa adanya kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lahan gambut, kita bukan hanya akan kehilangan penyerap karbon alami, tetapi juga kehilangan keragaman hayati yang tak ternilai.

Pentingnya lahan gambut seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau organisasi lingkungan. Masyarakat luas harus turut serta memahami, mendidik, dan berpartisipasi aktif dalam pelestarian lahan gambut. Mulai dari tidak mendukung konversi lahan gambut menjadi lahan produktif hingga mendorong inisiatif penanaman kembali di lahan gambut yang sudah terganggu.

Mari kita renungkan kembali. Apabila kita benar-benar ingin mengejar target pengurangan emisi karbon dan menciptakan planet yang lebih sehat, maka tidak ada salahnya mulai melirik isu yang dialami lahan gambut, dan memberikannya perhatian serta perlindungan yang layak diterimanya.

Dengan bersatu padu, kita dapat mengubah narasi, memulihkan keadaan, dan memastikan bahwa lahan gambut tidak lagi menjadi "anak tiri" dalam diskusi lingkungan. Indonesia yang hijau dan lestari hanya dapat terwujud, jika kita memberi ruang untuk seluruh elemen alamnya untuk tumbuh dan berkembang.

Mengenal Peran Lahan Gambut

Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan rasa peduli kita semua terhadap lahan gambut, yuk kenalan lebih jauh dengan lahan gambut.

Peran Lahan Gambut

1.    Menyerap emisi karbon dioksida 

Lapisan tumbuhan yang terdekomposisi dalam gambut berfungsi sebagai penyerap karbon, menjadikannya sebagai salah satu solusi alami dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Bahkan, diperkirakan lahan gambut menyimpan sekitar 30% dari seluruh karbon di dunia.

Namun, jika lahan gambut rusak atau dikeringkan, karbon yang tersimpan bisa terlepas kembali ke atmosfer, memperparah efek pemanasan global. Kondisi ini menjadi lebih buruk ketika gambut terbakar, seperti yang sering terjadi pada kejadian kebakaran hutan di beberapa negara dengan lahan gambut besar, termasuk Indonesia.

2.    Tempat Tinggal Beragam Spesies Floran dan Fauna

Lahan gambut adalah rumah bagi ribuan spesies tanaman dan hewan. Beberapa di antaranya bahkan spesifik hanya dapat hidup di habitat gambut, termasuk beberapa spesies yang terancam punah.

Misalnya, tanaman karnivora yang menangkap serangga dengan tentakel lengket yang tumbuh di daunnya seperti Sundew dan Venus Flytrap. Kemudian, spesies burung seperti burung enggang, burung kicau, dan burung-burung air lainnya hanya bisa hidup di lahan gambut. Ada juga pohon gelam yang minyaknya biasa dimanfaatkan sebagai obat.


3.    Filter Air dan Pencegah Banjir

Lahan gambut juga berfungsi sebagai filter air alami, ia membersihkan air yang mengalir melaluinya. Sifat ini membantu menjaga kebersihan dan kualitas air di daerah sekitarnya.
Gambut mengandung senyawa humat dan fulvat yang memiliki kemampuan untuk mengikat ion-ion tertentu, terutama logam berat. Proses ini disebut adsorpsi. Saat air yang mengandung logam berat atau kontaminan lainnya mengalir melalui gambut, kontaminan tersebut akan terikat oleh senyawa humat dan fulvat, sehingga mengurangi kandungannya dalam air. 

Lahan gambut juga kaya akan mikroorganisme, seperti bakteri, fungi, dan protozoa. Beberapa mikroorganisme ini memainkan peran penting dalam mendegradasi atau mengubah bahan organik dan polutan yang ada dalam air, seperti pestisida dan herbisida, menjadi senyawa yang kurang berbahaya atau bahkan tidak berbahaya. Proses biodegradasi ini membantu membersihkan air dari kontaminan.

Selain itu, gambut dapat menyerap dan menahan nutrien, seperti fosfor dan nitrogen, yang jika berlebihan dalam air dapat menyebabkan eutrofikasi (pertumbuhan alga berlebihan yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan). Dengan menahan nutrien tersebut, lahan gambut membantu mencegah terjadinya eutrofikasi di perairan sekitarnya.

Terakhir, saat air mengalir melalui gambut, berbagai senyawa dalam air bereaksi dengan bahan organik yang ada di gambut dan membentuk senyawa kompleks. Proses ini membantu memurnikan air dari berbagai kontaminan.

Berbeda dengan tanah biasa yang cenderung membiarkan air mengalir dengan cepat, lahan gambut bekerja seperti spons raksasa. Struktur porositasnya memungkinkan lahan gambut menyerap dan menahan sejumlah besar air, membantu dalam mengurangi risiko banjir di daerah sekitarnya.

4.    Sumber Mata Pencaharian Bagi Penduduk Lokal

Bagi banyak masyarakat di sekitar lahan gambut, kawasan ini menjadi sumber mata pencaharian. Mulai dari hasil tangkapan ikan, tanaman obat, hingga kayu. 

Contoh ikan yang dimaksud antara lain seperti Ikan Sepat dan Ikan Gabus yang hidup di perairan dengan kadar oksigen rendah seperti kawasan gambut. Minyak dari Pohon Gelam yang tumbuh di kawasan gambut, sering digunakan sebagai antiseptik, untuk mengobati batuk, dan sebagai bahan dasar minyak kayu putih.

Bagaimana Lahan Gambut Bisa Terbakar?

Nah, kalau sudah dapat gambaran besar terkait peran lahan gambut yang signifikan terhadap perubahan iklim, sekarang mari kita bahas alasan yang memicu kebakaran lahan gambut yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi di Indonesia akibat alih fungsi lahan.

Sumber: Eco Blogger Squad Online Gathering Agustus 2023


Ilustrasi di atas menggambarkan betapa mudahnya api menyebar jika lahan gambut terbakar. Masalahnya, masih banyak masyarakat yang masih belum sadar akan bahaya dari karhutla gambut (kebakaran hutan dan lahan gambut). 

Mengingat hal di atas, hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk menyebarkan pengetahuan terkait peran lahan gambut dan dampak dari karhutla gambut?

Penyebarluasan Informasi terkait Lahan Gambut Bersama Eco Blogger Squad


Setiap bulannya, puluhan blogger dari seluruh Indonesia berkumpul untuk membahas seputar fenomena perubahan iklim dengan beragam tema. Bulan Agustus 2023 ini, gathering eco blogger squad bertema "Indonesia Merdeka dari Karhutla". 

Memperingati hari kemerdekaan Indonesia tahun ini, kami sadar bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan bangsa lain, tetapi juga mencakup kebebasan untuk hidup dan berkembang dalam lingkungan yang sehat dan lestari.

Kamu juga bisa ikut serta dan berkontribusi dalam menjaga hutan dengan menyebarkan pengetahuan ini melalu media sosial. Bersama kita kuat. Mari bersatu dalam upaya melawan kerusakan lingkungan, khususnya karhutla gambut yang sudah terlalu lama meresahkan tanah air kita, bersama anak-anak muda penggerak lainnya dalam Team Up For Impact.

Komentar