Jika ingin beranalogi, masyarakat modern di kota besar itu ibarat bumi, dan
Masyarakat Adat adalah lapisan ozon yang melindungi. Masyarakat Adat dengan
segala kearifan lokalnya menyiasati dampak perubahan iklim dengan jeli, dan
menjadi benteng terdepan dalam melindungi bumi ini.
Prinsip kearifan lokal mereka sangat pantas menjadi inspirasi untuk kita
adopsi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dalam artikel ini, saya
akan membahas
prinsip kearifan lokal suku Dawan dalam mengelola hutan di Nusa
Tenggara Timur, salah satu daerah dengan keindahan alam yang tak tertandingi di Bumi
Pertiwi.
Sistem kearifan lokal suku Dawan dalam menjaga bumi terkenal dengan sebutan
"Leuweung". Sistem ini melibatkan aturan dan praktik yang
berkelanjutan (
sustainable) dalam memanfaatkan hutan.
Masyarakat Adat
Dawan menggunakan pengetahuan dan pengalaman turun-temurun dalam mengelola
sumber daya alam.
Poin Penting dari Prinsip Leuweung dan Bagaimana Kita Dapat Mengadopsinya
dalam Kehidupan Sehari-Hari
Pemanfaatan kayu secara berkelanjutan
Sistem Leuweung mendorong pemanfaatan kayu secara berkelanjutan
(
sustainable).
Masyarakat Adat suku Dawan menggunakan kayu untuk
memenuhi kebutuhan mereka, seperti untuk membangun rumah, membuat perkakas,
dan keperluan sehari-hari lainnya.
Mereka memperhitungkan jumlah kayu yang ditebang agar tidak mengganggu
keberlanjutan hutan (
sustainability).
Masyarakat adat memahami
pentingnya menjaga ketersediaan kayu jangka panjang dan membatasi
eksploitasi yang berlebihan.
Pengaturan waktu dan tempat penebangan
Sistem Leuweung mengatur waktu dan tempat penebangan kayu dengan tepat dan
efisien. Masyarakat Adat suku Dawan menggunakan pengetahuan dan pengalaman
turun-temurun untuk menentukan kapan kayu dapat ditebang dengan
memperhatikan siklus alam, seperti musim dan fase bulan. Mereka juga
menetapkan daerah tertentu yang dapat digunakan untuk penebangan kayu, dan
melindungi daerah-daerah yang harus dijaga sebagai habitat alamiah.
Dalam praktiknya, prinsip di atas itu bisa kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari di tempat kerja atau di lingkungan sekitar. Misalnya dalam
konteks management waktu dan sumber daya yang efisien dan
melakukan sesuatu pada waktu dan tempat yang tepat untuk meningkatkan
produktivitas. Yuk, bahas bareng-bareng selengkapnya di bawah ini!
Prinsip Suku Dawan dan Hubungannya dengan Produktivitas
|
Meningkatkan produktivitas berkontribusi menjaga lingkungan
|
Prinsip Leuweung menekankan pengaturan waktu yang tepat dalam melakukan aktivitas. Prinsip ini juga mengajak masyarakat untuk selalu mampu memberikan
progres yang berarti, tidak menyia-nyiakan waktu, dan harus melakukan
sesuatu pada tempat dan waktu yang semestinya. Produktivitas adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam prinsip
ini.
Meningkatkan produktivitas ternyata berkontribusi mengurangi emisi karbon
dan menjaga lingkungan.
Lalu bagaimana korelasi antara tingkat produktivitas dengan
menjaga lingkungan?
Sudah tahu arti kata produktif yang sesungguhnya? Jangan-jangan selama ini
aktivitas kamu belum benar-benar 'produktif'?
Produktif adalah kata sifat, yang artinya
'mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai secara efektif dan
efisien'.
Kalau kamu tidak
menghasilkan sesuatu dari aktivitasmu,
berarti kamu belum bisa dikatakan produktif.
Contoh Kasus
Kamu diharuskan bekerja selama 8 jam/hari. Dalam waktu 8 jam tersebut, apa
saja yang bisa kamu hasilkan? Apakah ada pertambahan klien untuk
perusahaanmu? Berapa banyak e-mail dan korespondensi yang kamu selesaikan?
Berapa banyak laporan yang sudah kamu susun dalam waktu 8 jam itu?
Misalnya, kamu hanya berkorespondensi dengan klien selama 4 jam saja.
Sisanya kamu hanya bolak-balik memeriksa e-mail masuk dan berbincang
dengan kolegamu. Artinya kamu hanya bisa dikatakan produktif selama 4 jam
saja.
Sayangnya, listrik kantormu tetap menyala selama 8-10 jam. Komputer/
laptop, AC, charger elektronik, printer, dan mesin foto copy di kantormu
tetap menyala selama 8 jam, sementara produktivitasmu hanya 4 jam, bahkan
dalam beberapa kasus, ada yang produktivitasnya adalah 0 jam alias tidak
menghasilkan progres apa-apa.
Seorang karyawan yang sedang tidak punya sesuatu untuk dikerjakan, umumnya
tetap diwajibkan untuk datang ke kantor. Coba perhatikan emisi karbon
dioksida yang dikeluarkan jika karyawan tersebut berangkat ke kantor:
-
Emisi karbon dioksida dari kendaraan yang digunakan untuk pergi dan pulang
kantor
-
Emisi karbon dioksida dari pengisian daya perangkat elektronik yang
digunakan selama di kantor
-
Emisi karbon dioksida dari kemasan plastik/kertas yang ia gunakan saat
membeli makanan/minuman kemasan di kantor
Konsumsi energi yang ia keluarkan, tidak sebanding dengan progres yang
dihasilkan. Artinya, ia hanya membuang pasokan energi secara sia-sia,
tanpa menghasilkan progres yang berarti.
|
ilustrasi karyawan yang tidak produktif di mana emisi karbon yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan progres pekerjaan
|
Seseorang yang sedang idle / tidak ada pekerjaan, sebenarnya
bisa saja dibiarkan standby di rumahnya. Supervisornya bisa
memberikan materi baru untuk dipelajari oleh karyawan tersebut di rumah,
atau bisa juga memberikan pekerjaan yang bersifat administratif yang
bisa dikerjakan dari rumah. Kemudian untuk memonitor pekerjaan jarak jauh
tersebut, supervisor bisa membuat program evaluasi kepada sang
karyawan.
Selain karyawan yang idle, karyawan yang pekerjaannya bisa dikelola
jarak jauh (remote) sebaiknya menerapkan Work From Home
(WFH) saja. Misalnya, pekerjaan data entry, penerjemah, menulis
konten, dan lain-lain.
Inilah korelasi antara meningkatkan produktivitas dan menjaga
lingkungan: Bagaimana seseorang bisa memaksimalkan progres yang dihasilkan dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif.
Penggunaan listrik adalah penghasil utama emisi karbon dioksida
|
Daftar penghasil utama emisi karbon dioksida
|
Gabut alias gaji buta adalah istilah yang populer karena memang
sangat relate dengan realita. Coba deh jujur sama diri sendiri, dalam
satu hari, apa benar kamu bekerja selama 7 jam dan beristirahat selama 1
jam? Berapa kali dalam sehari kamu cek hp dan scroll sosmed? Berapa
kali kamu push rank saat bos kamu lagi gak datang ke kantor? Berapa
kali kamu bolak-balik kamar kecil dan bergosip dengan kolegamu?
Misalnya kamu bekerja sebagai penerjemah. Dalam satu hari biasanya hanya
ada 2-4 dokumen yang perlu kamu terjemahkan dan kamu kirim. 1 dokumen
biasanya memerlukan 30 menit sampai 1,5 jam untuk diterjemahkan dan
dikirim.
Seandainya dalam satu hari hanya ada 3 dokumen, dan tiap dokumen hanya
memerlukan 1 jam untuk diterjemah, maka pada hari itu kamu hanya dikatakan
produktif selama 3 jam. Kemudian 1 jam digunakan untuk istirahat, sehingga
kamu akan memiliki waktu kosong selama 4 jam (8-3-1=4 jam).
Bukan kah akan lebih produktif jika karyawan dipulangkan saat pekerjaannya
untuk hari itu sudah selesai? Selain mengurangi konsumsi energi listrik di
kantor, kemacetan jalan juga jadi mudah terurai lho, karena jam
pulang karyawan tidak lagi berbarengan. Coba renungkan!
Selain itu, tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan karyawan juga akan
bertambah, karena mereka menjadi punya lebih banyak waktu bersama keluarga
dan mengerjakan pekerjaan rumah. Karyawan juga bisa punya waktu tambahan
untuk melakukan pekerjaan sampingan yang bisa meningkatkan pendapatannya.
Sesuai dengan data di atas, penggunaan listrik adalah penghasil utama
emisi karbon dioksida, maka berlama-lama di kantor, tanpa menghasilkan
sesuatu yang signifikan sangatlah tidak disarankan.
Lalu Bagaimana agar tetap produktif dan hemat emisi karbon, jika peraturan
kantor masih menerapkan 8 jam kerja?
Yuk #BersamaBergerakBerdaya terapkan hal-hal di bawah ini untuk tingkat
produktivitasmu sekaligus mengurangi emisi karbon:
-
Manfaatkan waktu kerja secara efisien supaya bisa menghindari lembur
-
Hindari multi-tasking karena bisa memecah fokus
-
Hindari distraksi seperti scrolling sosial media dan main game
online di tengah-tengah jam kerja
-
Gunakan perangkat elektronik dengan efisien, agar tidak sering diisi
daya (charge)
-
Atur mesin printer dan foto copy menjadi mode hemat daya
- Minimalisir penggunaan kertas
-
Bawa tumblr air minum dan bekal dari rumah. Selain lebih hemat
pengeluaran, juga dapat mengurangi sampah kemasan minuman/ makanan
-
Memaksimalkan dokumen digital untuk berkorespondensi. Kami menggunakan
aturan 'e-mail only' untuk mengirim dan menerima dokumen. Ketika harus
mengirimkan dokumen fisik, kami akan menggunakan cassa mailer,
sebuah bungkus dokumen yang terbuat dari singkong yang ramah lingkungan.
-
Bawa tas belanja untuk hindari plastik sekali pakai
-
Kami menggunakan tisu reusable di kantor
-
Gunakan moda angkutan umum untuk mobilitas tempat kerja
-
Stop romantisasi kerja lembur! Sekarang zamannya Work Smart bukan
Work Hard. Jadilah manusia yang efisien!
Jika dalam satu hari Masyarakat Adat Dawan mampu menghasilkan produk
kayu yang siap pakai, memilah limbah untuk dijadikan pupuk, dan
berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon setiap harinya. Masa kita
sebagai penikmat jasa mereka, tidak malu jika kurang berkontribusi dan
tidak produktif?
Memaksimalkan Work From Home (WFH)
Pandemi Covid-19 merupakan sandbox alias wadah pengujian efektivitas
work from home (bekerja dari rumah). Siapa sih yang belum merasakan
WFH? Hampir seluruh karyawan kantoran pasti sudah merasakan trial WFH
selama pandemi Covid-19 lalu.
Sepupu saya yang bekerja di salah satu perusahaan think tank di
Jakarta, bahkan hingga kini masih menerapkan WFH. Dia hanya akan WFO saat ada
rapat penting dan research lapangan saja. Perusahaan sepupu saya
tersebut adalah bukti konkret bahwa WFH memang efektif, di mana aktivitas
kantor masih bisa berjalan normal tanpa harus WFO setiap hari.
Awalnya, kita pasti sulit beradaptasi dengan alur WFH. Belum biasa melakukan
zoom meeting, tidak mengerti alur absen online, tidak biasa
dengan layar laptop yang lebih kecil dari PC di kantor, dan lain-lain. Namun,
keadaan yang memaksa kita untuk melakukan segalanya secara online, justru
membuat kita tidak gagap teknologi dan memaksa kita turut bergerak mengikuti
perkembangan teknologi.
Alasan mengapa WFH bisa mengurangi emisi karbon
1. Mengurangi mobilitas kendaraan bermotor
Dengan bekerja dari rumah, karyawan tidak perlu melakukan perjalanan
harian ke kantor. Hal ini dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
pribadi atau transportasi umum. Dengan demikian, emisi karbon dari
bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan tersebut dapat berkurang.
2. Kebutuhan listrik yang besar di
gedung perkantoran dapat dikurangi
Saat karyawan bekerja dari rumah, penggunaan listrik untuk penerangan,
pendingin udara, dan perangkat elektronik di kantor dapat berkurang secara
signifikan. Dengan begitu, kita dapat mengurangi emisi karbon akibat
operasional bangunan kantor.
3. Mengurangi intensitas perjalanan dinas
jarak jauh yang menggunakan pesawat terbang
Tahu gak ternyata
kendaraan penghasil emisi karbon terbesar adalah pesawat terbang. Menurut penelitian dari Neliti, 13 % dari emisi karbon yang dihasilkan
seluruh jenis kendaraan dihasilkan dari pesawat terbang. Angka ini
diprediksi naik menjadi 3 % sampai tahun 2050. Dengan adanya
video conference, kegiatan dinas luar kota hingga luar negeri bisa
diminimalisir.
4. Penguraian kemacetan lalu lintas
WFH juga dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan raya.
Kemacetan lalu lintas yang parah dapat menyebabkan penggunaan bahan
bakar yang lebih tinggi dan emisi karbon yang lebih tinggi. Dengan mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya karena WFH, kemacetan
lalu lintas dapat berkurang, sekaligus mengurangi emisi karbon dari
kendaraan.
Fakta dan Kondisi Terkini Indonesia Pasca Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Cuaca yang terasa semakin panas, udara yang semakin sesak, awan polusi
yang semakin sering terlihat merupakan salah tiga dari dampak perubahan
iklim yang saya pribadi rasakan. Selain itu, saya merasa bahwa area
sekitar saya lebih mudah banjir dari sebelumnya. Rasanya hujan sedikit
saja sudah sanggup membuat beberapa selokan meluap.
1. Pola curah hujan yang berubah
Akibat kenaikan suhu permukaan bumi, pola curah hujan menjadi berubah. Pola
curah hujan yang berubah ini menyebabkan daerah Sumatera dan Kalimantan lebih
lembab, sementara Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menjadi lebih kering.
Penurunan curah hujan selama waktu kritis dapat meningkatkan risiko
kekeringan, sementara peningkatan curah hujan selama waktu basah dapat
menyebabkan risiko banjir yang tinggi.
Perubahan iklim yang demikian dapat menyebabkan munculnya peristiwa El Niño/La
Niña yang lebih kuat dan lebih sering terjadi, dan akan memperburuk kekeringan
dan/atau banjir serta dapat menyebabkan penurunan produksi pangan dan
peningkatan kelaparan.
2. Peningkatan tinggi permukaan laut
Akibat pemanasan global, tinggi permukaan laut di daerah pesisir Indonesia
akan terus meningkat dengan laju sebesar 3-5 milimeter per tahun, sehingga
meningkatkan risiko banjir dan intrusi air laut. Keanekaragaman hayati yang
melimpah di Indonesia juga terancam, 50 persen dari total keanekaragaman
hayati berada dalam risiko, 80 persen terumbu karang dalam kondisi parah
akibat kenaikan suhu permukaan laut, naiknya tinggi permukaan laut, dan
lain-lain.
3. Terganggunya ekosistem laut
Perubahan iklim menyebabkan penurunan signifikan dalam kelimpahan larva ikan
dan perubahan besar-besaran dalam habitat ikan, seperti tuna
skipjack. Selain itu, pemutihan massal terumbu karang menyebabkan
hilangnya luas terumbu karang dan keanekaragaman hayati, termasuk ikan yang
menjadi sumber makanan dan mata pencaharian banyak penduduk Indonesia.
4. Kebakaran hutan yang semakin sering
Kebakaran hutan yang semakin sering berdampak signifikan pada habitat satwa
liar dan keanekaragaman hayati Indonesia serta berdampak pada konsekuensi
ekonomi, polusi domestik, maupun polusi lintas batas.
5. Penurunan kesehatan penduduk
Gelombang panas, banjir, cuaca ekstrem, dan kekeringan yang berkepanjangan
semakin sering terjadi dan semakin parah, yang menyebabkan peningkatan
persebaran penyakit dan kematian. Penyakit menular seperti malaria, demam
berdarah, diare, dan masalah pernapasan yang parah akibat peningkatan
frekuensi dan penyebaran kebakaran hutan merupakan beberapa contoh dampak
terhadap kesehatan penduduk Indonesia.
Andai Diberi Kuasa, Berikut Adalah Kebijakan-Kebijakan yang Akan Saya Terapkan
Saat ini beberapa instansi di Indonesia masih menerapkan jam kerja 9 to 5 atau
8 to 4 disertai lembur dan dinas ke luar kota dan ke luar negeri. Jika saya
memiliki wewenang dalam hal ketenagakerjaan, maka kebijakan-kebijakan di bawah
ini akan saya terapkan demi meningkatkan produktivitas karyawan sekaligus
mengurangi tingkat emisi karbon:
1. Fleksibilitas waktu dan tempat
kerja
Mengimplementasikan kebijakan kerja fleksibel (WFH/ hybrid) dapat mengurangi
kebutuhan perjalanan karyawan. Dengan mengurangi perjalanan harian, emisi
karbon dari transportasi dapat berkurang. Selain itu, karyawan jadi memiliki
fleksibilitas yang dalam mengatur waktu kerja mereka, sehingga meningkatkan
produktivitas.
Dengan catatan: Perusahaan harus menerapkan absen secara rutin, dan tetap
harus diadakan koordinasi tatap muka seminggu sekali atau sebulan sekali
untuk evaluasi.
2. Efisiensi energi di tempat kerja
Mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan efisiensi energi di tempat kerja,
dengan cara menggunakan peralatan dan sistem pencahayaan yang hemat energi,
mengatur suhu ruangan yang efisien, dan membuat program penghematan energi
yang melibatkan partisipasi karyawan. Kebijakan ini tidak hanya mengurangi
emisi karbon, tetapi juga dapat menghemat biaya energi dan meningkatkan
produktivitas dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
berkelanjutan.
Dengan catatan: program ini harus dilakukan dengan konsisten, melibatkan
seluruh lapisan masyarakat, dan harus ada tim khusus yang memonitor program
ini.
3. Insentif dan fasilitas khusus karyawan pengguna
transportasi umum, pesepeda, dan pejalan kaki
Kantor dapat memberikan insentif seperti fasilitas parkir sepeda yang aman,
program subsidi transportasi umum, atau penyediaan ruang ganti dan fasilitas
mandi untuk karyawan yang pulang pergi dengan berjalan kaki dan bersepeda.
Dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang beremisi tinggi, emisi
karbon dapat berkurang. Selain itu, karyawan juga mendapatkan manfaat
kesehatan.
4. Daur ulang dan pengelolaan
limbah
Menerapkan kebijakan daur ulang yang komprehensif di kantor dengan
memastikan ada tempat sampah terpisah untuk bahan daur ulang, dan program
edukasi bagi karyawan tentang pentingnya pengelolaan limbah yang
berkelanjutan. Dengan mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat
pembuangan akhir, emisi karbon yang dihasilkan dari proses pembuangan dapat
berkurang. Jika dijalankan dengan tepat, karyawan bisa merasakan kepuasan
karena merasa terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan.
5. Penggunaan teknologi
hijau
Mendorong penggunaan teknologi hijau dalam operasional kantor, seperti
komputer hemat energi, penggunaan dokumen digital untuk mengurangi kertas,
dan memaksimalkan konferensi video untuk mengurangi perjalanan bisnis.
Dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, kantor dapat mengurangi
konsumsi energi dan penggunaan bahan kertas, sekaligus meningkatkan
efisiensi kerja dan produktivitas.
6. Peningkatan kesadaran karyawan
terhadap urgensi perubahan iklim
Mengadakan program pendidikan dan kesadaran lingkungan bagi karyawan tentang
pentingnya mengurangi emisi karbon dan menerapkan praktik berkelanjutan di
tempat kerja. Program yang dibuat harus diramu dan dikemas dengan menarik
dan kreatif, agar seluruh lapisan karyawan merasakan keterlibatan yang
menyenangkan dalam menerapkan pola hidup rendah emisi karbon.
Jika tempat kerja tidak memiliki tim kreatif yang mampu membangun program
sosialisasi terkait hal ini, tempat kerja bisa didorong untuk menggunakan jasa
pihak ketiga. Pemerintah harus menyuport penggunaan jasa pihak ketiga ini
dengan memberikan insentif terhadap perusahaan yang menerapkan program
ini.
Itulah narasi #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku versi saya. Kalau
#BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom
komentar ya!
[no_Sidebar]
Komentar