Daftar Isi
Ketika berbicara soal fashion, terdapat satu aspek yang seringkali terabaikan, tetapi memiliki dampak besar terhadap industri dan keberlangsungan lingkungan, yaitu: material pakaian yang digunakan.
Dalam dunia fashion, material yang digunakan untuk membuat pakaian memiliki peran penting dalam menentukan kualitas, kenyamanan, dan dampak lingkungan dari produk tersebut.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong fashion yang lebih berkelanjutan (sustainable fashion) adalah dengan memilih material yang ramah lingkungan.
Dua material yang sedang naik daun dalam dunia sustainable fashion adalah viscose rayon dan lyocell. Keduanya merupakan material alternatif yang dihasilkan dari serat selulosa alami yang diperoleh dari kayu pohon.
Untuk seluk beluk viscose rayon, sudah pernah dikupas tuntas dalam artikel berikut ini: Sejarah, Evolusi, dan Masa Depan Viscose Rayon dalam Sustainable Fashion.
Dalam artikel kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai material lyocell dalam mendukung sustainable fashion. Mulai dari karakteristik dan keunggulannya, metode produksi, hingga penerapannya dalam industri.
1. Apa itu Lyocell?
![]() |
(Sumber: Africa Image for Canva Edu) |
Dalam dunia tekstil, banyak yang beranggapan bahwa kategori serat itu hanya terbagi menjadi dua, yaitu: serat alami seperti kapas, sutera, rami, dan wol, serta serat sintetis yang sepenuhnya berasal dari petrokimia seperti poliester dan nilon.
Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Ada area abu-abu di antara kedua kategori tersebut, dan di situlah Lyocell berada.
Pada dasarnya, Lyocell berasal dari selulosa tumbuhan, sehingga menempatkan Lyocell dalam kategori serat alami. Namun, alur produksi Lyocell, mulai dari pengambilan selulosa dari pohon, sampai akhirnya menjadi kain, tidak sepenuhnya alamiah.
Lyocell harus melewati proses kimia yang rumit, sehingga menempatkannya dalam posisi yang unik, di mana Lyocell tidak sepenuhnya sintetis tapi juga tidak sepenuhnya alami. Dalam terminologi tekstil, kita menyebutnya sebagai serat 'semi-sintetis'.
Pembuatan Lyocell dimulai dengan memanen kayu dari pohon eucalyptus, bisa juga dibuat dari kayu pohon ek, bambu, dan birch. Kayu tersebut kemudian dipecah menjadi potongan-potongan kecil dan kemudian dicampurkan dengan bahan kimia agar larut menjadi bubur kayu (pulp). Kemudian, dihasilkan lah selulosa mentah yang cair dan lengket.
Campuran cairan ini dipanaskan dan dipecah menjadi potongan-potongan kecil sekali lagi dengan menggunakan pelarut yang disebut amina oksida. Setelah disaring, selulosa melewati proses pemintalan yang mengubahnya menjadi serat.
Serat-serat baru ini kemudian dicuci, dikeringkan, dan dilumasi sebelum dibentuk menjadi benang. Benang yang sudah terbentuk kemudian menjadi bahan dasar untuk menenun kain Lyocell final. Pada tahap akhir, kain Lyocell dipotong dan dibuat menjadi berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari.
2. Apa yang Membuat Lyocell Ramah Lingkungan?
![]() |
(Sumber: Pushish Donhongsa for Canva Edu) |
Di atas telah disebutkan bahwa Lyocell telah menjadi alternatif populer dalam industri sustainable fashion. Namun, penting bagi kita untuk memahami apa yang membuat Lyocell dianggap ramah lingkungan.
Selain mudah terurai secara alami di tanah (biodegradable) dan limbahnya dapat dijadikan pupuk kompos, terdapat alasan lain yang membuat Lyocell ramah lingkungan, yaitu metode produksinya yang ramah lingkungan dan disebut sebagai metode produksi closed-loop.
Metode closed-loop adalah metode produksi yang tidak menghasilkan produk samping berbahaya. Bahan kimia pelarut yang digunakan dalam pembuatannya tidak beracun dan dapat digunakan berulang kali, sehingga tidak dilepaskan ke alam setelah proses produksi selesai.
Amina oksida, salah satu pelarut dalam proses produksi serat Lyocell, tidak berbahaya dan bisa didaur ulang sepenuhnya. Selain menjadi proses yang berkelanjutan karena bahan-bahannya, produksi Lyocell juga cukup singkat dan sederhana dibandingkan dengan serat buatan lainnya.
Seluruh prosesnya, mulai dari pemotongan kayu hingga pemintalan, hanya memerlukan waktu sekitar dua setengah jam. Artinya, proses ini membutuhkan lebih sedikit air dan energi.
Selain itu, salah satu sumber utama Lyocell adalah kayu pohon eucalyptus yang memiliki banyak kelebihan. Pohon eucalyptus dapat tumbuh hampir di mana saja, bahkan di tanah yang tidak cocok untuk tumbuhan sumber pangan. Eucalyptus tumbuh sangat cepat dan tidak memerlukan irigasi atau pestisida.
Jika dibandingkan dengan kapas, menanam kapas membutuhkan lahan lima kali lipat lebih luas daripada menanam pohon eucalyptus.
2.1 Serat Lyocell dari Sateri
Sateri adalah salah satu perusahaan penghasil serat tekstil terbesar di dunia, dan dikelola di bawah manajemen Royal Golden Eagle (RGE). Lyocell yang diproduksi oleh Sateri, berasal dari hutan produksi yang dikelola secara berkelanjutan (sustainable).
Pengelolaan hutan secara berkelanjutan maksudnya adalah praktek pengelolaan hutan yang mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam jangka panjang.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa sumber daya alam dikelola dengan cara yang dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Produk Lyocell dari Sateri sudah lulus uji dan memenuhi standar dari OEKO-TEX® STANDARD 100. Artinya, material mereka aman dan tidak mengandung zat berbahaya. Selain itu, produk ini juga telah lulus regulasi REACH di Uni Eropa yang mengatur soal pemakaian bahan kimia dalam produk.
Dengan menggunakan proses manufaktur yang unik dan berteknologi tinggi, serat Lyocell milik Sateri memiliki kekuatan yang luar biasa saat kering maupun basah, bersifat seragam, dan memiliki konsistensi tinggi, serta kualitas yang unggul.
Serat Lyocell dari Sateri dapat dicampur dengan serat tekstil lainnya, sehingga mampu menghasilkan berbagai jenis kain dengan karakteristik yang berbeda-beda sesuai kebutuhan.
Baca Juga: Mengenal 5 Produk Tekstil Unggulan Ramah Lingkungan dari Sateri
3. Karakteristik Lyocell
Proses pembuatan Lyocell lebih singkat dan efisien dibandingkan dengan serat lain seperti rayon. Proses produksinya membutuhkan 20% lebih sedikit air dibandingkan dengan produksi kapas dan juga lebih hemat energi.
Selain itu, Lyocell mudah untuk dicelupkan ke cairan pewarna karena memiliki kemampuan penyerapan yang tinggi, mirip dengan kapas biasa.
Lyocell dikenal di seluruh dunia sebagai material yang mendorong sustainable fashion. Bukan hanya karena berasal dari sumber alami, tetapi juga karena proses produksinya yang ramah lingkungan.
Dalam proses pemintalan yang digunakan untuk membuat Lyocell, 99,7% pelarut dapat didaur ulang. Artinya, hanya sedikit sekali bahan kimia yang menjadi limbah. Inilah yang disebut dengan proses closed-loop.
Meskipun serat ini kuat dan tahan lama, Lyocell tetap lembut saat disentuh dan ringan. Lyocell memiliki kemampuan regulasi suhu yang sangat baik serta kemampuan penyerapan kelembapan.
Sifatnya yang breathable (memberikan sirkulasi udara yang baik) menciptakan efek antibakteri, sehingga menjadikannya kain yang sempurna untuk orang dengan kulit sensitif atau yang mudah teriritasi.
Karakteristik Lyocell membuatnya mudah dicampur dengan baik dengan serat lain, misalnya dengan kapas, poliester, akrilik, wol etis, sutra, dan wol merino.
4. Kelebihan dan Kekurangan Lyocell
a. Anti bakteri dan Menyerap Kelembaban
Karena memiliki sirkulasi udara yang baik, Lyocell efektif sebagai material antibakteri dan memiliki kemampuan menyerap kelembapan dengan baik (lebih baik daripada kapas).
Jadi, jika kita cenderung sering berkeringat atau memiliki kulit sensitif, Lyocell seharusnya menjadi pilihan utama kita, apalagi jika kita tinggal di daerah dengan iklim lembap atau sering hujan.
b. Mendukung Prinsip Slow Fashion
Memilih produk sustainable fashion yang dibuat dengan serat Lyocell, tidak hanya menjaga tubuh kita agar tetap kering dan memberikan sensasi lembut saat disentuh, tetapi juga menghemat waktu dan uang. Kenapa?
Karena dengan memilih produk yang terbuat dari Lyocell, artinya kita membeli produk yang awet dan berkualitas tinggi. Sehingga, kita tidak perlu terlalu sering membeli pakaian baru, dengan begitu kita dapat menghemat waktu dan uang. Hal ini juga sejalan dengan konsep slow fashion.
c. Anti Kusut
Produk fashion dari Lyocell juga tidak mudah kusut. Meskipun demikian, kita tetap perlu memeriksa label instruksi perawatan pada produk, supaya lebih aman.
d. Fleksibel
Serat Lyocell memberikan kekuatan dan elastisitas yang tinggi, sehingga menghasilkan kain yang awet dan tidak mudah rusak. Lyocell sangat lembut saat disentuh, sangat mirip dengan sutera.
Serat Lyocell merupakan salah satu serat yang paling fleksibel di antara semua serat, dan itulah yang membuatnya menarik bagi para produsen. Dengan fleksibilitasnya ini, Lyocell dapat dibentuk menjadi beragam desain tanpa mengorbankan kualitas, mulai dari yang memiliki tekstur halus mirip sutera hingga yang kasar menyerupai suede.
e. Ramah Lingkungan
Kita sudah membahas kelebihannya, tetapi bagaimana dengan kekurangannya?
Dari segi kinerja, sebenarnya Lyocell hampir tidak memiliki kekurangan, tetapi dari segi harga, memang Lyocell lebih tinggi dibandingkan serat lainnya.
Untuk memproduksi Lyocell diperlukan teknologi khusus, sehingga proses produksinya cukup mahal. Oleh karena itu, harga Lyocell dipatok lebih tinggi ke pembeli, dibandingkan dengan serat tradisional seperti kapas.
Namun sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah. Sebab, harga yang dikeluarkan akan sepadan dengan kualitas yang didapatkan. Produk sustainable fashion yang dibuat dengan Lyocell tentunya akan bertahan dalam durasi yang lama, sehingga seseorang tidak perlu terlalu sering membeli pakaian.
5. Penerapan Lyocell dalam Industri
Berkat keunggulannya, Lyocell banyak digunakan untuk beragam produk. Lyocell seringkali menjadi alternatif pengganti sutera dan kapas, sehingga sering kita temukan pada home textile seperti seperti seprai dan handuk, juga pada produk fashion. Selain itu, Lyocell juga biasa digunakan dalam pembuatan sabuk konveyor dan kertas khusus.
Mari bahas lebih lanjut mengenai penerapan Lyocell, khususnya dalam industri sustainable fashion, di bawah ini.
1. Pakaian Olahraga
Bermodalkan elastisitas dan kemampuan menyerap kelembapan 50% lebih banyak daripada kapas, Lyocell menjadi material yang ideal untuk pakaian olahraga. Selain itu, karakteristik Lyocell yang breathable, membuat pakaian kita tidak mudah bau.
Jika kita cenderung sering melakukan aktivitas luar ruangan, Lyocell sangat cocok untuk pakaian musim panas maupun dingin berkat kemampuannya dalam meregulasi suhu.
2. Pakaian Travel
Bagi sebagian orang, traveling bukan lagi sekadar hobi, tapi sudah menjadi way of life atau gaya hidup. Memilih pakaian yang tepat untuk traveling sangat penting dan bisa menjadi tantangan tersendiri.
Nah, bagi orang-orang yang terbiasa mengadopsi gaya hidup nomad, sudah sepatutnya memiliki pakaian dengan material yang mudah dikeringkan untuk memudahkan mobilitas.
Dibandingkan kapas, Lyocell memiliki waktu kering yang lebih cepat dan memberikan sensasi yang lebih sejuk, sehingga pakaian berbahan Lyocell sangat ideal untuk perjalanan atau tinggal di daerah beriklim hangat.
Kelembutan dan beratnya yang ringan juga menjadikannya pilihan yang ideal untuk travelling, karena memastikan kita terhindar dari iritasi kulit saat beraktivitas di luar ruangan serta tidak menambah beban berat pada koper.
6. Perbandingan Lyocell dengan Material Lainnya
Kita akan lebih mengenal sesuatu dengan baik, jika melakukan perbandingan, bukan? Untuk menambah wawasan kita seputar Lyocell sebagai material sustainable fashion, mari simak penjelasan mengenai Lyocell jika dibandingkan dengan serat-serat lainnya.
a. Lyocell VS Kapas
Sebelum membandingkan kedua serat ini, kita perlu memahami perbedaan antara kapas organik dan kapas konvensional. Jika dibandingkan dengan kapas tradisional, Lyocell jelas lebih berkelanjutan dari sisi lingkungan. Namun, jika dibandingkan dengan kapas organik, kedua material tersebut memiliki dampak lingkungan yang hampir serupa.
Meskipun Lyocell berasal dari sumber alam yang yang dibuat melalui proses produksi tertutup (closed-loop), kapas merupakan serat yang langsung berasal dari alam tanpa melewati proses kimia khusus dalam produksinya. Akibat metode produksi Lyocell yang lebih kompleks tersebut, harganya menjadi lebih mahal dibandingkan kapas.
Proses produksi Lyocell mungkin lebih mahal dibandingkan kapas, tetapi lebih efisien. Lyocell tidak memerlukan banyak pestisida dan membutuhkan kurang dari setengah volume air, baik saat pertumbuhan maupun saat budidayanya. Bahkan, Lyocell lebih ramah lingkungan dibandingkan kapas atau serat konvensional lainnya.
Meskipun mahal, Lyocell lebih unggul dalam segi keawetan. Contohnya, seprai Lyocell cenderung lebih tahan lama dibandingkan seprai kapas dan tidak mudah kusut. Artinya, perawatannya lebih mudah, di mana memerlukan waktu lebih sedikit untuk mencuci dan menggosok.
Dalam hal kinerja, Lyocell lebih mampu menyerap kelembapan dibandingkan kapas dan memiliki tekstur yang lebih lembut. Permukaannya yang halus sangat cocok bagi mereka yang memiliki kulit sensitif yang mudah teriritasi.
Lyocell terbuat dari serat hidrofilik kecil yang dapat menyerap kelembapan dari kulit dengan baik. Dengan kemampuan penyerapannya yang luar biasa, Lyocell cenderung lebih sejuk dan higienis dibandingkan kapas. Karena sifatnya yang mudah menyerap cairan ini lah yang membuat Lyocell sangat bagus untuk pewarnaan.
b. Lyocell VS Polyester
Polyester adalah serat sintetis yang sepenuhnya terbuat dari polimer, yaitu plastik daur ulang dan turunan petroleum. Artinya, polyester sulit untuk terurai di alam (non-biodegradable), berbeda dengan Lyocell yang terbuat dari selulosa kayu dan lebih mudah terurai.
Selain dampak lingkungannya, polyester tidak se-"breathable" atau mampu mengalirkan udara sebaik Lyocell, dan kemampuannya menyerap kelembapan juga rendah.
Dalam hal perawatan, Lyocell lebih membutuhkan perhatian khusus dibandingkan polyester. Misalnya, produk dari Lyocell hanya boleh dicuci dengan air dingin. Sementara itu, polyester lebih tahan lama, tidak memiliki kebutuhan perawatan khusus, dan bahkan lebih elastis dibandingkan Lyocell.
c. Lyocell VS Viscose
Lyocell dan viscose rayon keduanya adalah serat yang berasal dari tumbuhan dan biasanya digunakan untuk tujuan yang sama. Namun, keduanya memiliki perbedaan.
Viscose memerlukan bahan kimia beracun dalam proses produksinya, seperti pelarut sodium hidroksida, sedangkan Lyocell tidak. Selain itu, viscose tidak se-"breathable" (mampu mengalirkan udara) dan tidak seabsorptif (mampu menyerap kelembapan) Lyocell.
Menurut Diponegoro International Journal of BusinessVol. 4, No.1, 2021, pp.49-57, tentang bagaimana minat beli masyarakat Indonesia terhadap produk sustainable fashion, menyatakan bahwa masyarakat Indonesia khususnya di daerah kota memiliki minat beli yang cukup tinggi terhadap produk sustainable fashion.
Menurut penelitian tersebut, setelah diberikan sosialisasi terkait pentingnya memulai sustainable living, konsumen cenderung mau membayar lebih untuk produk fashion yang lebih berkelanjutan.
Oleh karena itu, penting bagi para pemilik brand fashion, untuk mulai mempertimbangkan integrasi prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam bisnis mereka. Keberlanjutan bukan lagi sekadar tren, tetapi telah menjadi kebutuhan dalam industri fashion modern.
Konsumen saat ini semakin sadar akan dampak lingkungan dari pilihan fashion mereka dan semakin banyak mencari merek yang mencerminkan nilai-nilai etis dan lingkungan tersebut.
Peningkatan kesadaran konsumen mengenai dampak lingkungan dan sosial dari pakaian yang mereka beli memberikan peluang besar bagi pemilik brand fashion untuk memposisikan produk mereka tidak hanya sebagai pakaian, tetapi sebagai bagian dari solusi yang lebih besar bagi tantangan lingkungan global.
Untuk memanfaatkan peluang ini, brand harus transparan dalam komunikasi mereka, memastikan bahwa klaim keberlanjutan mereka dapat diverifikasi dan membangun hubungan kepercayaan dengan konsumen mereka.
Komentar