Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Inovasi dari Royal Golden Eagle: Teknologi Daur Ulang Tekstil Closed-Loop Terbaru



Sebagian besar teknologi daur ulang tekstil yang tersedia saat ini adalah teknologi daur ulang terbuka (open-loop), di mana limbah tekstil yang didaur ulang akan menghasilkan produk tekstil baru yang kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya.

Contohnya, kain bekas pakaian kita yang hanya bisa didaur ulang sebagai serat pengisi untuk berbagai produk, seperti bantal dan matras, atau dijadikan lap pembersih atau kain pel untuk membersihkan permukaan atau peralatan. Dengan begini, nilai dan kualitas kain pakaian tersebut menurun, bukan?

Disebut open loop karena karena siklus daur ulangnya tidak membentuk lingkaran atau tidak berkesinambungan. Dalam proses open-loop textile recycling, serat atau tekstil yang didaur ulang tidak kembali ke proses produksi untuk menciptakan produk tekstil baru. 

Serat tersebut diolah menjadi produk yang umumnya memiliki kualitas lebih rendah dan setelah itu tidak dapat digunakan kembali dalam industri tekstil.

Alih-alih disebut "upcycling", teknologi daur ulang ini terkenal dengan sebutan "downcycling" karena kualitas hasil daur ulang yang menurun signifikan.



Baner RGE-NTU SusTex (Sumber: ntu.edu.sg)

Dari latar belakang masalah di atas, grup Royal Golden Eagle (RGE) yang berkomitmen terhadap sustainable living (kehidupan berkelanjutan), berupaya untuk mengembangkan teknologi daur ulang baru yang merubah limbah tekstil menjadi produk tekstil baru dengan kualitas yang sama atau lebih baik dari sebelumnya dengan teknologi ramah lingkungan dan closed-loop.

RGE bersama dengan Nanyang Technological University (NTU) melalui kerjasama RGE-NTU Sustainable Textile Research Centre (RGE-NTU SusTex) mengembangkan teknologi daur ulang tekstil closed-loop yang lebih ramah lingkungan dan mampu menghasilkan produk baru dari limbah tekstil.

Baca juga: 7 Ide Sustainable Fashion ala Korea, Selaras dengan Tren Fashion Indonesia

Penjelasan Teknologi Daur Ulang Tekstil Closed-Loop

Ilustrasi Circular Fashion dan Metode Closed-Loop (Sumber: Third Law)


Beberapa tahun terakhir, gagasan sustainable fashion sudah marak digaungkan. Hal ini bukan lah tanpa alasan. 

Diketahui bahwa industri fashion menyumbang 10% dari emisi karbon global. Jumlah produksi serat setiap tahunnya mencapai 113 juta ton pada tahun 2021 dan permintaannya terus meningkat setiap tahunnya. 

Hampir 90% limbah serat pasca konsumsi dibuang melalui pembakaran atau pengendapan di tempat pembuangan sampah.

Di antara seluruh jenis limbah tekstil, serat sintetis menjadi ancaman utama bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Sama halnya seperti plastik, serat sintetis tidak dapat terurai dengan alami dalam waktu cepat. 

Poliester adalah serat sintetis yang paling banyak digunakan di bumi karena biayanya yang sangat murah dan daya tahannya yang baik. Produksi poliester mencakup lebih dari setengah produksi kain global setiap tahun. 

Oleh karena itu, daur ulang poliester yang komprehensif merupakan tantangan penting bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan generasi mendatang.



Seminar Komitmen investasi RGE sebesar US$200 juta pada 2019(Sumber: inside-rge.com)


Daur ulang tekstil closed-loop adalah proses daur ulang tekstil yang bertujuan untuk mengubah limbah tekstil menjadi tekstil baru dengan kualitas yang sama atau lebih baik.

Proses ini menciptakan sistem daur ulang yang tertutup di mana bahan hasil daur ulang dapat digunakan berulang kali tanpa menghasilkan limbah yang signifikan. Proses ini berfokus untuk mempertahankan kualitas tekstil yang didaur ulang agar tidak menurun.

Urutan proses daur ulang tekstil closed-loop, adalah sebagai berikut:

  1. Pengumpulan dan Pemilahan Limbah Tekstil

    Limbah tekstil, seperti pakaian bekas, potongan kain, atau limbah industri, dikumpulkan dan disortir berdasarkan jenis bahan, warna, dan karakteristik lainnya. Proses pemilahan ini memastikan bahwa bahan yang serupa dikelompokkan bersama, sehingga lebih mudah untuk diolah menjadi tekstil baru.

    Dalam praktiknya, limbah tekstil mentah sebenarnya tidak cocok untuk digunakan kembali atau didaur ulang karena sudah tercampur dengan bahan kain yang berbeda, diwarnai dengan pewarna yang berbeda juga, dan sudah terkontaminasi oleh berbagai jenis kotoran.

    Oleh karena itu, limbah bahan tekstil harus dipilah menjadi bahan yang homogen agar limbah tersebut dapat didaur ulang dengan metode kimia atau mekanis. Contohnya, limbah pakaian yang terbuat dari 50% polyester, 37% katun, dan 13% rayon, harus dipilah-pilah agar polyester, katun, dan rayon tersebut terpisah.

  2. Pemulihan Serat (Teknologi open-loop tidak memiliki tahap ini)

    Setelah disortir, limbah tekstil kemudian menjalani proses mekanis atau kimia untuk dipecah menjadi serat-serat. Metode mekanis dilakukan dengan memecah atau menggiling limbah tekstil untuk memisahkan serat-seratnya.

    Sementara itu, metode kimia melibatkan proses kimia seperti hidrolisis, yang mengakibatkan serat-serat tekstil tersebut terlepas. Tujuannya adalah untuk mendapatkan serat tekstil murni yang dapat digunakan kembali dalam produksi tekstil baru.

  3. Pengolahan Serat

    Serat-serat yang didaur ulang kemudian diproses untuk menghilangkan kotoran atau kontaminan. Pengolahan serat mencakup proses pencucian, penyaringan, atau pemberian enzim atau agen kimia lain pada serat untuk memastikan kebersihan dan kualitasnya.

  4. Pembuatan Benang

    Serat-serat yang sudah bersih kemudian dipintal menjadi benang yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menenun atau merajut kain baru. Proses ini memberikan kekuatan dan struktur yang diperlukan bagi serat untuk menciptakan produk tekstil.

  5. Produksi Kain

    Benang atau benang rajutan yang baru dipintal kemudian digunakan untuk memproduksi kain melalui proses menenun, merajut, atau teknik manufaktur tekstil lainnya. Kain-kain ini kemudian dapat digunakan untuk menciptakan berbagai produk tekstil, termasuk pakaian dan aksesoris.
Ternyata, masih terdapat celah kekurangan dari teknologi closed-loop ini. Pertama, pemilahan limbah tekstil menjadi bahan yang homogen (langkah no.1) membutuhkan larutan kimia berat yang dilarang oleh UU Lingkungan.

Kedua, memecah atau menggiling limbah tekstil untuk memisahkan serat-seratnya dengan metode mekanis, bergantung pada tenaga kerja manusia. Metode ini memiliki akurasi yang rendah dan tidak dapat diandalkan, sehingga diperlukan otomatisasi dalam proses ini.

Oleh karena itu, RGE-NTU SusTex berkolaborasi untuk memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan di atas.

Baca juga: Ide Sustainable Fashion: Aksesoris Fashion dari Daur Ulang Bunga Bekas Dekorasi

Tujuan Umum Penelitian Gabungan RGE-NTU SusTex

Pendiri RGE-NTU SusTex (Sumber: inside-rge.com)


Tujuan utama dari kolaborasi ini adalah tercapainya pendirian pabrik daur ulang tekstil percontohan rendah karbon dan ramah lingkungan di area perkotaan Singapura yang mampu mengubah limbah tekstil lokal menjadi bahan baku baru untuk menghasilkan garmen berkualitas baru. 

Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen RGE senilai US$200 juta untuk inovasi dan teknologi serat tekstil generasi terbaru.

Ruang Lingkup Utama Penelitian RGE-NTU SusTex

Terdapat empat area penelitian utama dari kolaborasi ini, antara lain adalah:

1.    Pemisahan Serat Campuran yang Lebih Efisien

Sebagian besar pakaian yang kita kenakan terbuat dari campuran serat sintetis dan alami. Jarang sekali ditemukan pakaian dengan serat alami 100% atau serat sintesis 100%, kebanyakan pasti campuran.
 
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, daur ulang produk tekstil harus melalui proses pemisahan serat. Proses pemisahan tersebut membutuhkan pelarut kimia berat yang dilarang oleh UU lingkungan, sehingga memisahkan campuran material yang kompleks tersebut menjadi tantangan tersendiri.

RGE-NTU SusTex sedang mengembangkan pelarut kimia baru yang hemat biaya dan lebih ramah lingkungan untuk daur ulang tekstil closed-loop yang lebih efisien.

2.    Pemilahan Limbah Tekstil Otomatis

Memilah-milah limbah tekstil menjadi komposisi serupa merupakan langkah penting dalam proses daur ulang tekstil. 

Sebagaimana dijelaskan di atas, daur ulang tekstil yang efektif memerlukan pemilahan limbah tekstil berdasarkan jenis serat yang serupa agar proses daur ulang menjadi lebih efisien dan menghasilkan produk yang berkualitas.

Sebagian besar pemilahan limbah tekstil saat ini dilakukan secara manual, yang merupakan proses yang memakan banyak tenaga kerja dan waktu. 

Untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan pemilahan, RGE-NTU SusTex meneliti penggunaan teknik spektroskopi dan machine learning untuk menciptakan sistem pemilahan limbah tekstil secara otomatis. 

Dengan demikian, upaya ini dapat menyederhanakan dan mempercepat proses pemilahan, yang pada gilirannya akan meningkatkan efisiensi dan keberhasilan daur ulang tekstil.

3.    Alternatif Pemanfaatan Produk Sampingan dari Daur Ulang Tekstil

Daur ulang tekstil seharusnya tidak dilakukan hanya untuk daur ulang semata, tetapi juga untuk memajukan sirkularitas dan meminimalkan limbah. 

Sirkularitas di sini artinya: mengalirkan produk dan material kembali ke dalam siklus produksi untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya.

Dalam upaya mencapai sirkularitas, maka diperlukan adanya alternatif pemanfaatan produk sampingan yang dihasilkan dari proses daur ulang tekstil. 

Misalnya, dalam daur ulang tekstil, serat poliester yang tidak dapat digunakan untuk menciptakan serat selulosa baru, masih memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku untuk produk lain.

4.    Proses Penghapusan Pewarna Ramah Lingkungan dan Pengembangan Pewarna Alami

Kehadiran zat pewarna sintetis dan bahan tambahan lainnya dalam tekstil dapat menghambat proses daur ulang dan pemulihan serat alami dan selulosa. 

Proses pemutihan/ bleaching yang umumnya dilakukan untuk menghilangkan zat pewarna dan bahan tambahan ini seringkali menggunakan bahan kimia yang dapat menghasilkan polutan sekunder yang merugikan lingkungan.

Namun, RGE-NTU SusTex memiliki fokus penelitian untuk mengatasi masalah ini. Mereka berusaha untuk memanfaatkan teknologi kimia ramah lingkungan yang dikenal sebagai "green chemistries" untuk menghilangkan zat pewarna pada limbah tekstil, tanpa menghasilkan polutan yang merugikan lingkungan. 

Selain itu, mereka juga sedang mengembangkan teknologi pewarna alami yang lebih ramah lingkungan sebagai alternatif untuk mengurangi penggunaan zat pewarna sintetis.





Dengan fokus pada pengembangan teknologi daur ulang limbah tekstil yang ramah lingkungan, RGE-NTU SusTex menunjukkan komitmen kuat dalam mewujudkan visi sirkularitas dalam produksi tekstil.

Dengan penggunaan pelarut kimia baru yang lebih ramah lingkungan, sistem otomatisasi yang mengintegrasikan teknik spektroskopi canggih, penerapan machine learning untuk pemisahan tekstil, serta penelitian terus-menerus untuk mengatasi masalah seputar bahan kimia dan emisi gas rumah kaca, RGE berada di garis depan untuk menghadirkan inovasi yang berdampak positif bagi lingkungan, masyarakat, dan industri secara keseluruhan.

Dengan demikian, RGE dan jaringan perusahaannya jelas mendukung ekosistem sustainable fashion global dari hulu ke hilir.

Komentar