Pengalaman mata kering karena terlalu lama menatap layar -- Kalau kamu pernah tidak tidur selama 2 hari di waktu libur demi pekerjaan, percayalah kamu tidak sendirian. Saya tau persis pedihnya melek 48 jam, di mana pedihnya bukan cuma di mata, tetapi juga di hati.
Daftar Isi
- Pengalaman Mata Kering Karena Terlalu Lama Menatap Layar
- Bukan Karena Kalah, Ini Pengalaman Paling Pahit Saat Ikut Lomba Menulis
- Kondisi Mata Saya Pasca Gagal Lomba
- Risiko Mata Kering Jika Tidak Diatasi
- Penyebab Mata Kering
- Insto Dry Eyes: Solusi Mata Kering Terbaik untuk Generasi Sandwich di Era Digital
- Mengapa #InstoDryEyes Mampu Bekerja Instan Meredakan Gejala Mata Kering?
~
Meskipun ditakdirkan menjadi bagian dari generasi sandwich, sebenarnya saya masih merasa beruntung. Kenapa? Karena setidaknya saya jadi generasi sandwich di era digital, bukan di zaman sebelum internet diciptakan. Setidaknya kini, saya bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan sampingan dan bisa bekerja di mana saja dan kapan saja.
Saya sadar bahwa dengan hanya memiliki satu sumber penghasilan, tidak akan bisa membuat generasi sandwich hidup nyaman. Setidaknya, kami perlu lebih kreatif dalam urusan rupiah dan menemukan sumber penghasilan tambahan.
Nah, itu lah yang melatarbelakangi keputusan saya nyambi sebagai penulis media online merangkap blogger di sela-sela pekerjaan tetap saya sebagai translator paten.
Mendulang rupiah di lebih dari satu tempat memang bukan perkara mudah. Banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi, tak terkecuali masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan mata.
Keluh Kesah jadi Pemburu Kompetisi Menulis: Pengalaman Mata Kering Karena Terlalu Lama Menatap Layar
Sudah jadi rahasia umum bahwa penghasilan penulis lepas itu sangat tidak menentu. Teman-teman blogger pasti tau banget,deh! Apalagi penulis lepas yang menulis untuk media massa. Bahkan saya pernah rela membuat tulisan yang tak dibayar demi menyempurnakan portofolio belaka.Salah satu 'jalan ninja' untuk dapat uang dengan jumlah besar dari menulis adalah dengan mengikuti kompetisi menulis. Hadiah kompetisi menulis itu bervariasi dari 500 ribu hingga belasan juta rupiah. Bahkan ada kompetisi menulis yang berhadiah sepeda motor pula! Siapa yang gak ngiler coba?
Penghasilan menulis saya dari media online hanya sekitar 1 - 1.5 juta rupiah saja setiap bulan. Jumlah itu bisa sama dengan jumlah uang yang saya terima dari satu kali memenangkan lomba menulis! Untungnya, kompetisi menulis itu selalu ada setiap bulannya. Dengan tawaran hadiah-hadiah yang sangat menggiurkan.
Saya pernah memenangkan lomba menulis yang hadiahnya adalah laptop. Duh, senangnya bukan main. Bukan hanya karena hormon endorfin yang meluap saat nama kita bertengger di jajaran pemenang, tetapi juga karena waktu itu kebetulan adik saya sedang butuh laptop. Adik saya baru masuk kuliah dan wajib punya laptop yang mumpuni untuk belajar.
Timing-nya pas sekali, ini pasti campur tangan ilahi. Pikir saya waktu itu.
Dok. Pribadi |
Namun, pengalaman jadi pemburu kompetisi menulis tidak selalu manis. Adakalanya sangat getir dan pahit, hingga tak jarang buat saya menangis. Meskipun begitu, layaknya kopi yang bikin kecanduan karena perpaduan rasanya yang manis dan pahit, pengalaman jatuh bangun ini lah yang justru bikin saya 'ketagihan' untuk selalu berpartisipasi dalam lomba menulis.
Bukan Karena Kalah, Ini Pengalaman Paling Pahit Saat Ikut Lomba Menulis
Teman-teman blogger dan freelance writer di mana pun berada, khususnya yang berpengalaman mengikuti puluhan kompetisi menulis pasti faham betul letihnya melakukan research untuk ide menulis, merangkai kata, membuat desain grafis, foto, dan video untuk blog demi menciptakan artikel terbaik yang layak jadi juara.
Semua itu sangat menyita waktu dan tenaga. Belum lagi kalau artikelnya ternyata tidak menyandang juara, kita jadi merasa berjuang sia-sia, dan berfikir untuk berhenti saja. Namun, saya sudah terlalu sering kalah, sehingga saya sudah tidak lagi bersedih saat kalah lomba.
Meskipun kalah lomba rasanya pahit, tetapi ada yang lebih pahit dari sekedar kalah lomba. Apa itu?
Dok. Pribadi |
November 2023 saya dihiasi malam-malam minim tidur. Selama 1 bulan penuh saya hanya tidur 3 - 4 jam saja. Semua itu karena saya mati-matian membuat draft tulisan untuk diikutkan pada lomba yang hadiah utamanya puluhan juta rupiah. Tentu saja saya berusaha melakukan yang terbaik demi hasil yang terbaik.
Namun, di hari-H pengumpulan tulisan, mendadak plug in pada Wordpress saya eror semua. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 23:00 dan deadline-nya adalah pukul 00:00. Selain itu, tidak mungkin saya bisa merestorasi tampilan website saya dalam satu jam. Saya tidak bisa coding dan berpangku sepenuhnya pada plug in.
Padahal di dua hari terakhir penulisan, saya benar-benar tidak tidur. Rasa kantuk berhasil saya tambal oleh kafein dan semangat untuk menang. Mata saya menatap layar laptop terus menerus dalam waktu lama. Tidak tidur pula. Bahkan saat sedang makan pun saya lakukan sambil menatap laptop.
Akhirnya, tulisan hasil perjuangan saya selama satu bulan hanya berakhir di folder laptop. Dan bayang-bayang kemenangan yang selama ini jadi khayalan pengantar tidur saya, terhapus oleh kesedihan.
Bagaimana mau menang, kalah pun saya tidak punya.
Kondisi Mata Saya Pasca Gagal Lomba
Tahu gak dulu kenapa dulu Uni Soviet itu runtuh? Karena pemerintahnya terlalu fokus membuat pesawat jet canggih dan ballistic missile jarak jauh tetapi gagal dalam hal-hal basic seperti menyediakan pangan untuk masyarakat miskinnya, sehingga banyak yang demo dan memisahkan diri.
Sama seperti saya yang kala itu terlalu fokus bekerja, hingga lupa hal paling dasar, yaitu kesehatan mata saya sendiri.
Selama satu bulan itu sebenarnya saya sudah merasakan gejala mata kering yang cukup mengganggu tetapi saya abaikan karena saya terlalu fokus menulis. Kira-kira begini gejala mata kering yang saya rasakan selama satu bulan menjalani gaya hidup tidak ramah mata:
- Mata mudah merah dengan sensasi gatal, panas, dan perih
- Mata sepet dan mudah lelah seperti mata saat kantuk menyerang
- Mata lebih sensitif terhadap cahaya (baik cahaya alami seperti sinar matahari maupun cahaya buatan seperti cahaya biru dari layar gawai)
- Saat bangun tidur, mata lebih banyak mengeluarkan kotoran (belekkan)
- Sepeti ada yang mengganjal pada mata tetapi tidak ada kotoran
- Mata berair seperti menangis
- Penglihatan buram, khususnya saat minim pencahayaan
- Tidak nyaman saat terkena angin
Gejala mata kering tersebut tidak datang berbarengan, tetapi silih berganti, dan semakin memburuk dari hari ke hari.
Gejala awal mata kering memang terasa ringan sehingga cenderung disepelekan. Namun, jika dibiarkan efeknya sungguh sangat meresahkan. Tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga bisa menyerang psikis penderitanya.
Risiko Mata Kering Jika Tidak Diatasi
Dok. Pribadi |
Saya jadi tidak pernah menulis lagi dan hanya fokus mengerjakan pekerjaan utama saya. Itu pun tetap tidak maksimal. Yang biasanya saya bisa menerjemahkan lebih dari dua dokumen dalam satu bulan, menjadi hanya satu dokumen dalam satu bulan. Itu pun masih perlu direvisi. Jadi dalam satu bulan, basically saya tidak menghasilkan apa-apa.
Productivity = 404 Not Found
Awalnya saya masih denial alias menyangkal. Saya pikir mungkin kondisi saya ini dikarenakan efek galau kejadian bulan lalu. Untungnya, fase denial tersebut tak berlangsung lama.
Suatu hari penglihatan saya buram tiba-tiba, dan sulit untuk difokuskan kembali. Seperti saat kamu buka mata pertama kali setelah tidur panjang, lalu kamu berusahan memfokuskan penglihatan, tetapi sangat susah untuk fokus.
Penglihatan saya buram tiba-tiba saat saya sedang berada di pinggir jalan raya dan hendak menyebrang jalan untuk menghampiri suami saya. Bak jump scare di film horor, mata buram saya tak menyadari sebuah mobil listrik Hyundai Kona yang melaju ke arah saya. Keberadaan mobil tersebut baru terdeteksi setelah jaraknya sudah hampir sejengkal dari tubuh saya.
Untung suami saya bergegas menarik saya ke arahnya. Kalau tidak, Indonesia sudah kehilangan satu anggota generasi sandwich-nya kala itu.
- Risiko fisik: Mata kering dapat merugikan kesehatan fisik akibat rasa sakit dan ketidaknyamanan mata yang berakibat pada buruknya kualitas tidur dan terganggunya aktivitas. Selain itu, mata kering yang tidak diobati dapat menjadi penyebab infeksi kornea, luka terbuka (ulkus) kornea, dan fibrosis kornea. Dalam kasus yang parah, hal ini dapat menyebabkan kebutaan.
- Risiko psikologis: Mata kering memiliki efek negatif pada citra tubuh, penampilan, dan kepercayaan diri. Mata kering dapat mengganggu konsentrasi untuk berpikir dan mengingat sesuatu. Selain itu, kotoran yang kerap kali keluar dari mata juga mengganggu kepercayaan diri pengidapnya. Bayangkan kamu tak sadar mata kamu mengeluarkan kotoran (belek) di tempat umum, bikin minder dan gelisah, kan?
-
Risiko kemandirian: Mata kering dapat mengakibatkan ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, seperti ketergantungan obat tetes mata. Hal ini dapat menurunkan produktivitas di tempat kerja dan penurunan kinerja kerja secara keseluruhan.
- Risiko lingkungan: Pengidap mata kering akan kesulitan untuk melakukan aktivitas luar ruangan seperti berkendara dan berolahraga. Jika seorang pengidap mata kering tiba-tiba mengalami mata buram saat berkendara, dia dapat menjadi ancaman bagi lingkungan sekitar. Karena dengan begitu dia tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga orang di sekitarnya.
Penyebab Mata Kering
- Traveling atau beraktivitas di daerah dengan cuaca kering (kelembaban udara rendah)
- Kurang minum air sehingga menurunkan produksi air mata
- Terlalu sering dan terlalu lama menangis
- Merokok dan terpapar asap rokok
- Kurang konsumsi makanan/ minuman yang mengandung vitamin A dan omega-3
- Menggunakan softlens dengan cara yang tidak tepat
- Menggunakan make up mata yang berlebihan (misalnya, eyelash extension, eyeliner, mascara, dll)
- Menyelam di kolam renang yang airnya mengandung chlorine
- Terpapar udara dari AC dan/atau pemanas (heater) terlalu lama. Gantilah AC dengan air humidifier.
- Sering terpapar polusi udara berlebihan, seperti asap kendaraan dan industri
- Pekerjaan berisiko seperti tukang las, gerindra, dan sejenisnya
- Menggunakan obat tetes mata dengan kandungan bahan konservatif
- Pasca menjalani operasi LASIK
- Usia: Produksi air mata cenderung menurun seiring bertambahnya usia, sehingga orang yang lebih tua lebih rentan terhadap mata kering
- Beberapa kondisi medis seperti arthritis, lupus, diabetes, atau gangguan autoimun lainnya dapat berkontribusi pada mata kering.
- Penurunan hormon yang terjadi setelah menopause, yang mengakibatkan hilangnya perlindungan alami anti-inflamasi di mata serta penurunan produksi air mata.
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti antihistamin, dekongestan, antidepresan, atau obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dapat menyebabkan mata kering sebagai efek sampingnya.
Insto Dry Eyes: Solusi Mata Kering Terbaik untuk Generasi Sandwich di Era Digital
Sadar gak sih, masih banyak sekali orang Indonesia yang nyebut "air mineral" dengan sebutan "Aqua". Lalu, menyebut "pembalut" jadi "Softex". Ada juga yang menyebut "snack/ makanan ringan" dengan sebutan "Chiki". Padahal itu adalan merek, bukan nama produknya.
Nah, banyak orang yang menyebut "merek" daripada nama produk itu sendiri. Artinya, merek-merek tersebut adalah merek yang punya pengaruh besar dari generasi ke generasi sehingga namanya sudah tercatut dalam memori anak negeri.
Jujur, "Insto" adalah nama merek yang pertama kali terpikirkan oleh saya ketika mendengar produk obat tetes mata. Sudah puluhan tahun Combiphar hadir menjadi partner kesehatan mata Indonesia, sehingga -- setidaknya bagi generasi saya -- Insto adalah salah satu merek obat tetes mata terbaik.
Suami saya yang sudah lebih lama mengadopsi gaya hidup digital, memperkenalkan saya dengan Insto Dry Eyes. Dia selalu sedia Insto Dry Eyes sebagai perlindungan ekstra untuk mata. Dia selalu punya satu di rumah, di jok motor, di mobil, dan satu di kantor. Setelah insiden hampir tertabrak mobil, suami saya menyarankan saya untuk ikut memakai obat tetes mata ini.
Jujur, sesaat setelah meneteskan #InstoDryEyes ke mata, efek instant relief nya langsung terasa. Tidak sampai satu menit, mata saya rasanya seperti bebas dari kotoran. Mata sepet saya yang mudah lelah berangsur-angsur terasa lebih segar sejak tetes pertama. Penglihatan saya yang sering tiba-tiba berkabut, terasa lebih jernih.
Pertama kali saya coba Insto Dry Eyes, penglihatan saya langsung terasa membaik, begitu pula suasana hati saya. Tak heran, suami saya selalu meneteskan Insto Dry Eyes setiap kali habis begadang coding.
~
Sebagai pekerja digital di lebih dari satu perusahaan, sebagian besar waktu saya dihabiskan di depan layar komputer. Let's do the math.. kurang lebih 6 sampai 7 jam saya harus bekerja menerjemahkan dokumen teknis yang memerlukan fokus tinggi. Kemudian, di rumah dan saat weekend saya harus setor tulisan ke media dan blog pribadi.
Kira-kira, total waktu menatap layar saya bisa mencapai 10 jam per hari. Itu baru layar laptop ya, belum lagi layar smartphone yang pasti ditilik di waktu luang atau untuk korespondensi. Padahal, anjuran durasi screentime bagi orang dewasa idealnya adalah 4 jam saja, menurut Ditjen GTK Kemendikbud Ristek.
Nah, karena tuntutan kehidupan tidak memungkinkan saya melakukan screentime dalam waktu 4 jam saja, mata saya harus diberikan perlindungan ekstra agar terhindar dari sindrom mata kering. Salah satu perlindungan ekstra terbaik adalah pemberian obat tetes mata kering #InstoDryEyes.
Komentar
<3
BalasHapus