![]() |
Sumber: Instagram/World Leprosy Day (disunting dengan Canva) |
Namun, saat saya menyaksikan seseorang yang sangat saya hormati, hidupnya perlahan hancur hanya karena penyakit kusta yang dideritanya, membuat saya banyak mengedukasi diri dan mencaritahu.
Pada tahun 2010, awalnya guru mengaji saya mengeluhkan bercak putih di telapak kakinya yang sekilas terlihat seperti panu biasa. Alih-alih memeriksakannya ke dokter, beliau hanya merawat bercak putih tersebut dengan mengoleskan salep dari keponakannya secara teratur.
Berbulan-bulan berlalu tetapi bercak putih tersebut tidak kunjung membaik dan semakin meradang hingga beliau terkena demam. Pengajian saya terpaksa dihentikan, "Pak ustadz sakit" begitu lah keterangan yang diberikan pihak masjid.
Sumber: Jns-Journal/Neuropathies of Leprocy |
Selang beberapa bulan kemudian, saya mendengar desas-desus tentang pak ustadz yang kakinya mengeluarkan nanah dan darah. Beberapa tetangga mengaku bahwa mereka sempat menyaksikan sendal jepit pak ustadz yang dipenuhi nanah saat beliau menyapu halamannya.
Ternyata, salep yang diberikan keponakannya selama ini hanyalah salep gatal biasa, sementara bercak putih yang ada di kaki pak ustadz merupakan gejala awal kusta yang apabila tidak segera ditangani, maka pengidapnya berisiko mengidap kecacatan permanen.
Benar saja, tidak lama setelah rumor beredar, keluarga pak ustadz mengatakan bahwa beliau akan dibawa ke rumah sakit untuk menjalani amputasi setinggi dua sendi kaki, dan direncanakan akan dipasangkan protesa (kaki buatan).
Yang membuat hati saya cukup teriris adalah pak ustadz terancam kehilangan pekerjaannya, karena saat itu pihak masjid mulai merekrut guru-guru mengaji muda. Ditambah lagi, saat dokter mendiagnosis beliau dengan penyakit kusta, istri dan anak-anaknya meninggalkannya dan pindah ke kampung.
Sudah menderita sakit kronis, kehilangan sumber penghasilan, ditambah harus dijauhi keluarga dan kerabat, dan perlakuan tidak adil tersebut harus ia terima di sisa hidupnya.
Pak ustadz adalah contoh pengidap kusta yang tidak memiliki edukasi yang cukup terkait penyakit kusta, yang ironisnya juga dikelilingi oleh orang-orang yang tidak melek ilmu medis. Padahal, kasus ini bisa saja dicegah saat beliau mengeluhkan bercak putih di kulitnya.
Menurut Center for Disease Control and Prevention, kusta sangat bisa disembuhkan dengan pengobatan intensif dan teratur. Bahkan, sangat jarang dijumpai kasus kusta yang kambuh. Pengidap kusta harus ditangani sedini mungkin sehingga dapat meminimalisir kecacatan yang akan terjadi.
Meskipun Menular, Kusta Sangat Sulit untuk Ditularkan dari Pasien ke Orang Sehat
Faktanya, akibat stigma masyarakat yang keliru terkait kusta, penderita penyakit ini akan cenderung merahasiakan sakitnya, dibiarkan berlama-lama, dan kustanya semakin parah. Padahal kusta sama seperti penyakit infeksi bakteri lainnya, bisa menular tapi juga bisa disembuhkan.
Menurut Center for Disease Control and Prevention, penyakit kusta dapat ditularkan jika pengidap kusta bersin, dan bakteri dari dropletsnya terhirup oleh orang lain. Namun, seseorang dapat tertular kusta hanya jika dirinya melakukan kontak yang sangat erat dalam waktu yang sangat lama dengan pasien kusta yang tidak diobati sama sekali.
Maka kita tidak seharusnya menjauhi mereka yang menderita kusta, apalagi menganggap kusta sebagai 'penyakit kutukan'. Kusta ini bukanlah penyakit seperti flu, yang sangat mudah menyebar. Buktinya, sejak dahulu kala, kusta tidak pernah tergolong sebagai 'pandemi', karena memang penularannya cukup sulit.
Kecacatan yang terjadi akibat kusta yang didiamkan terlalu lama dapat bersifat permanen, sehingga acap kali menyebabkan si pengidap tetap “ditakuti” orang lain meskipun ia sudah sembuh dari kustanya. Ini lah pentingnya merangkul pengidap kusta untuk menjalani pengobatan, bukan malah mengasingkannya.
![]() |
Sumber: cnn.com |
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan untuk Mencegah agar Kusta Tidak Semakin Memburuk
- Mati rasa atau kehilangan sensasi di bagian tubuh tertentu atau bercak di kulit. Jika terdapat bercak kulit yang jika ditekan tidak terasa apa-apa, segera periksakan diri ke dokter.
- Jika diberikan antibiotik, minumlah sampai dokter mengatakan perawatan selesai. Jika kamu berhenti meminumnya lebih awal, bakteri dapat tumbuh lagi dan dapat membuat kita lebih sakit lagi.
- Segera periksakan ke dokter jika bercak kulit mulai disertai demam dan nyeri, karena hal tersebut bisa jadi komplikasi dari penyakit kusta yang memerlukan perawatan lebih intensif dengan obat-obatan yang dapat mengurangi peradangan.
- Penyakit kusta wajib didiagnosis sedini mungkin, sebelum kerusakan saraf permanen terjadi. (sumber: Jns-Journal)
Di era yang sudah serba modern ini, tidak ada alasan untuk malas mencari ilmu. Kita bisa mengakses segala macam ilmu lewat internet, bahkan kita juga bisa bertanya langsung dengan dokter secara daring terkait cara penularan kusta, hal apa yang harus dihindari, dan pengobatannya.
Edukasi diri yang baik akan melahirkan cara berpikir yang kritis, sehingga pikiran kita tidak mudah dipengaruhi stigma keliru yang dilontarkan oleh sembarang orang yang tidak menguasai ilmu medis. Sehingga, para pengidap kusta tidak takut lagi memeriksakan diri ke dokter dan tidak merahasiakan penyakitnya lagi bagai aib, karena penyakit kusta bukanlah aib, dan sejatinya dapat menyerang siapa saja.
Komentar
<3
BalasHapus