Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Diam-Diam Dihanyutkan: Membahas Bagian 1 dari Buku "Yang Kelewat di Buku Sejarah"

 "Menjadi baik itu belum tentu benar, tetapi menjadi benar itu sudah pasti baik."

Saya tidak ingat kapan saya menemukan kutipan di atas, yang pasti isi buku "Yang Kelewat di Buku Sejarah" ini mengingatkan saya akan kutipan tersebut. 

Kebenaran itu mahal bagi sebagian orang. Harga dari kebenaran adalah nyawa dan nama baik bagi sebagian orang

Buku ini mengajak kita mengungkap kebenaran dari kisah yang disembunyikan. Dari mulut korban tak bersalah yang dibungkam. 

Kamu pernah nonton Miracle in Cell no. 7? Atau series One Ordinary Day? Keduanya menceritakan nasib naas orang tak bersalah yang harus dihukum karena tuduhan sepihak dan karena bobroknya proses peradilan.

Kalau emosimu memuncak dan matamu memanas selama menonton film dan series di atas, kamu pasti akan merasakan hal serupa setelah membaca kisah pendahulu kita yang menjadi korban fitnah dan berakhir tragis. Lebih kejam dari apa yang biasa kita lihat di film-film.

Karena setiap bab pada buku ini menceritakan hal yang berbeda-beda, maka saya akan mengulas bab-nya satu per satu.

Bagian 1: Diam-Diam Dihanyutkan

Saya rasa istilah "diam-diam menghanyutkan" bisa jadi bersumber dari kisah yang dimasukkan dalam bagian 1 dari buku ini.

Dulu, jembatan bacem yang dibawahnya mengalir anak sungai Bengawan Solo, dijadikan tempat untuk menghanyutkan mayat terduga PKI. Tapol (Tahanan politik) PKI yang disiksa secara keji, baik laki-laki maupun perempuan, biasanya tidak kuat menahan siksaan dan meregang nyawa.

Nah, polisi yang dibantu oleh masyarakat sipil, menghanyutkan jasad para tapol di sungai dari atas jembatan bacem ini, secara diam-diam. Pertanyaannya, kenapa harus diam-diam? Kalau tapol tersebut memang PKI, kenapa tidak dieksekusi saja di depan publik? Kan kata pemerintah (orde baru) mereka pengkhianat bangsa yang halal dibunuh?

Bagian 1 ini membahas beberapa kisah dari tapol terduga PKI yang disiksa, diperkosa, bahkan meninggal dunia padahal tidak terbukti sebagai anggota PKI.

Pembunuhan massal para anggota PKI dan simpatisannya ini merupakan hilirisasi dari G30S-PKI, di mana 6 orang jenderal dan 1 perwira meninggal secara mengenaskan dan dibuang di lubang buaya. Peristiwa lubang buaya ini diduga kuat didalangi oleh PKI.

Menurut saya begini, anggota aktif PKI kan ada lebih dari tiga juta orang. Belum lagi ditambah simpatisan dan organisasi terkait lainnya, sehingga bisa mencapai 20 juta orang. Nah, lalu bagian PKI mana yang bertanggung jawab terhadap G30S? Apakah pendirinya? Apakah pimpinannya? Pimpinan daerah mana yang bertanggung jawab?

Menurut saya tidak adil jika menyalahkan PKI semata. Karena anggota mereka terlalu banyak. Tidak mungkin semuanya bersalah. Pemerintah terlalu impulsif untuk mengampanyekan bahwa PKI barbar, tidak kenal tuhan, kejam, dan lain-lain. 

Karena kampanye pemerintah ini, banyak masyarakat sipil yang ikut menyiksa orang-orang terduga PKI. Ironisnya, warga sipil yang membantai PKI ini beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal heroik karena membantu pemerintah. Tragisnya, kebanyakan orang yang dibantai ini adalah orang yang tak terbukti bersalah.

Bagian 1 ini, diakhiri oleh rekomendasi buku dan film untuk kita yang ingin mengetahui lebih jauh tentang peristiwa 1965-1966 ini. Buku yang dimaksud berjudul: Dalih Pembunuhan Massal karya John Roosa. Sementara, rekomendasi filmnya berjudul Jagal (2012) dan Senyap (2014).

Sedikit Teori Konspirasi Terkait yang Saya Ketahui: Peristiwa pembantai massal yang merenggut sekitar setengah juta orang Indonesia ini, terjadi pada tahun 1965 - 1966. Sementara, Presiden Amerika JF Kennedy yang merupakan salah satu orang terdekat Soekarno meninggal pada 1963. 

Lalu, apa hubungannya antara kematian JFK dan G30S?

JFK dan Soekarno bersama anak perempuan JFK tahun 1961 (Sumber: Historia)

Jadi begini, sejak dulu Pemerintah AS tidak menyukai Soekarno karena kebijakan politik bebas aktif dan nasionalisasi ekonomi yang dicanangkannya yang menghalangi investasi AS di negeri yang kaya potensi ini. 

Sementara itu, presiden AS, JFK, itu ibarat sekutu bagi Soekarno. Keduanya memang memperlihatkan 'kedekatannya' secara publik. 

Banyak dugaan bahwa, salah satu alasan JFK dibunuh adalah ideologinya yang serupa dengan Soekarno, dan JFK juga diduga memberikan banyak bantuan militer bagi PKI dibawah naungan Soekarno. 

Sementara, elit AS tidak menyukai faham komunisme. Di mana, jika Soekarno berkuasa, faham ini akan menyebar pesat di Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis seperti Soviet dan China. 

Soviet dan China sendiri merupakan musuh bebuyutan AS. Jika Indonesia berkembang menjadi Soviet ke-dua, tentu ini mejadi ancaman bagi AS.

Selain itu, Soekarno tidak sudi memberikan freeport kepada AS. Soekarno ingin mengelola freeport secara mandiri. Hal ini merupakan ancaman bagi AS, yang melihat freeport sebagai sumber daya yang potensial.

Bisa jadi, G30S ini merupakan manipulasi dan adu domba politik yang dilakukan AS, demi memecah belah Indonesia dan melengserkan rezim Orde Lama supaya Orde Baru bisa berkuasa. Dengan lengsernya Orde Lama, AS bisa melakukan 'investasi' di Indonesia dan mencegah Indonesia berkembang menjadi 'Soviet Kedua'.


Buku ini disadur dari menemukan kembali Indonesia (2014). Buku ini berisi kumpulan kesaksian korban dan keluarga dari peristiwa-peristiwa kekerasan di Indonesia, seperti G30S. Jadi, buku ini tidak membahas semua kisah secara menyeluruh, melainkan hanya beberapa poin penting dari kisah tersebut sebagai gambaran. 

Buku ini membahas istilah-istilah penting yang awam di telinga masyarakat, seperti milisi dan impunitas. Buku ini juga dibuat dengan ilustrasi yang menarik sehingga nyaman dibaca berulang.

Komentar