Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar

Pasar Gelap Temen Premium

 

"Harga Temen diskon?"

Bang Jack ngangkat alis satu, keringetan kayak gorengan baru diangkat dari minyak. Bau asap kendaraan bekepul campur parfum KW yang embel-embelnya "Ocean Breeze" yang lebih mirip "Ocean Got Stuck in Jakarta Traffic Jam".

"Yang bener aja, Neng. Ini barang langka. Bukan sembarang 'temen'. Ini Temen Premium. Kualitas AAA. Triple A. Anti-Absen-Absen kalo ada acara."

Aku nelen ludah. Pasar Gelap "Jalinan Jiwa" rame banget malam ini. Suasananya kayak acara arisan ibu-ibu, tapi barang yang ditawarin... abstrak. Ada yang jual "Koneksi Mantan Bos Level Direktur (Garansi Masuk CV)", "Nenek yang Selalu Ingat Ulang Tahunmu (Dengan Bonus Kue Kering)", bahkan "Sahabat Virtual Penghilang Stres (Paket 24/7, Bisa Marahin Pacar Fiktif atas Nama Kamu)". Semua harganya... fantastis. Kayak beli tas branded, yang isinya cuma udara hangat dan janji palsu.

"Tapi, Bang," protesku, suara serak kayak speaker hape rusak, "Katanya temen itu ikhlas? Dari hati? Bukan komoditas!"

Bang Jack ketawa. Kenceng. Kayak motor mogok disetrum. "HAHAHA! Ikhlas? Ikhlas itu bonus, Neng! Kalo ada! Yang penting value! Lihat!" Dia tunjuk katalog hologram di atas mejanya yang penuh noda kopi. "Paket Basic: Temen Dengarin Curhat. Murah! Cuma 500 rebu per jam. Tapi! Ini cuma dengerin! Responnya standar: 'Hmm..', 'Iya, ya?', 'Sabar, deh.'. No advice! No solution! Apalagi action!"

"Trus yang Premium?" tanyaku, mata melotot kayak bakso bakar.

"Nah ini!" Bang Jack geser slide. Gambarnya lebih kinclong. "Paket Premium: Temen Sejati. Ini dia! Harga? Mahal! BANGEEET! Kenapa? Karena ini termasuk: Datang Tengah Malam Bawa Es Krim Saat Kamu Putus, Ngebantuin Pindah Kosan Tanpa Dikerodong Aura Kesel, Bisa Diam 30 Menit Nungguin Kamu Nangis Sambil Ngemil Keripik, plus Garansi Gak Bocorin Rahasia ke Mantan Pacar Kamu yang Sok Baik Itu! Itu semua, Neng, effort! Waktu! Energi Emosional! Itu mahal!"

Dia menyodorkan brosur glossy. Harganya bikin mata berair. Bisa buat DP motor matic.

"Tapi... tapi... temen asli kan gak minta bayaran?" rengekku, rasa kesepian makin menjadi-jadi.

Bang Jack ngelus dagu, mukanya jadi filosofis kayak bakso tahu isi keju. "Persis! Temen asli gak minta bayaran, Neng. Itu sebabnya dia lebih mahal! Karena dia kasih semuanya gratis! Tanpa tagihan! Tanpa invoice! Itu luxury item paling tinggi nilainya! Langka! Kayak unicorn.."

"..yang bilang 'harga temen' itu murah biasanya nawarin temen KW! Palsu! Kualitasnya ecek-ecek! Malah kadang bikin kamu lebih sepi! Jadi, lebih baik beli yang premium, atau... cari yang asli. Tapi siap-siap bayar pake jiwa dan raga, Neng. Itu harga sebenarnya."

Dia senyum. Licik. Tapi ada benarnya, kayak durian busuk yang somehow masih manis. "Gimana? Mau yang mana? Basic, Premium, atau... nego sama nasib buat dapetin yang asli di luar sana?"

Aku melongo. Suara pasar tiba-tiba berubah jadi gemuruh absurd: tumpukan telinga bekas dengerin curhat, tumpukan mata merah begadang nemenin deadline, tumpukan bahu basah bekas tetesan air mata... semua berdebu di udara. Mahal. Semuanya mahal.

"Bang," bisikku, dompet tipis tiba-tiba terasa berat kayak berisi batu bata, "Ada... diskon gak buat yang... cuma butuh seseorang buat ngingetin minum obat aja?"

Bang Jack cuma geleng-geleng, sambil bersihin kacamatanya yang buram. "Itu termasuk paket Soulmate, Neng. Itu... harganya lain lagi. Seumur hidup. Kadang lebih."

Aku memandang tumpukan "temen" KW di etalase. Plastik. Berkilau. Tapi kosong. Kayak perutku.

"Gue ambil yang Premium, Bang," desisku, rasa kesepian akhirnya menang. "Tapi... bisa dicicil gak?"

"BISA!" teriak Bang Jack sumringah, siapin mesin EDC-nya. "Dengan bunga cinta dan sedikit pengorbanan waktu luang, Neng! SLAAAP! Transaksi berhasil! Selamat menikmati Temen Premium-mu! Ingat, garansi void kalo kamu mulai ngarepin dia kayak temen asli, ya! Itu diluar paket!"

Aku pegang kertas garansi yang hangus. Di kejauhan, terlihat bayangan temen asli mungkin lagi bawa es krim buat seseorang. Gratis. Mahal. Sekali.

Dan aku? Aku punya Temen Premium. Dengan invoice. Dan cicilan.

Aku gak bisa membayangkan berapa harga teman ori jika Bang Jack jual.

(Sssst... katanya sih, di gudang belakang, Bang Jack juga nyediain Temen Palsu Yang Sok Asli. Harganya? Paling murah. Tapi resikonya? Patah hati level dewa. Kayak beli tas KW terus dipamerin di depan yang punya asli. Malu-maluin. Tapi laris, lho. Ironis, kan? Kayak hidup.)


Komentar